Kisah ini
bercerita mengenai Hancock yang terancam bahaya saat seseorang membuka masa
lalunya.
Part 5
"Apa yang
telah kau lakukan dengan Boa Hancock, Luffy, adalah cara membuat bayi. Dan
kalau kau cukup beruntung, saat ini kau mungkin telah memiliki bayi."
Robin berkata dengan tenang, seolah-olah menghamili Ratu Bajak Laut bukanlah
persoalan yang besar. Dengan kepribadian yang serupa dengan anak-anak, wajar
saja jika Luffy tidak pernah memperhitungkan roman masa muda, pernikahan, seks,
ataupun masalah asmara
lainnya sebelum meraih impiannya.
Sebenarnya Robin agak sangsi juga,
kemungkinan besar setelah meraih mimpinya Luffy belum tentu memedulikan
masalah percintaan dan sebagainya. Itulah mengapa reaksi Luffy mengenai
persoalan bayi dan hubungannya dengan Hancock merupakan hal yang amat
ditunggu-tunggu oleh wanita berambut hitam panjang itu. Ya, reaksi Luffy pasti
sangat menarik.
Luffy terlihat agak
sedikit tidak nyaman.
"Kemungkinan
seseorang untuk menjadi hamil pada hubungan seks pertama kali sebanyak 11 persen,
sementara kehamilan akibat satu kali hubungan seks saja sekitar 3-5
persen." Robin sengaja memaparkan fakta-fakta seputar kehamilan. Ia
penasaran sekali dengan reaksi Luffy. "Apabila umur si ibu sudah berumur
atau sekitar 45 atau lebih, kemungkinan memiliki anak kembar bisa lebih besar
lagi. Sekalipun tanpa fakta-fakta ini, kau adalah orang yang sangat beruntung,
Luffy."
Luffy
benar-benar tidak paham apa maksud Robin.
"Singkatnya,
kau mungkin telah menjadi seorang ayah," Robin menekankan kata
terakhir. "Luffy, kemungkinan besar kau telah menjadi ayah dari
sepasang bayi kembar."
Tentu saja, hal
itu hanyalah sebagian dari analisis Robin. Boa Hancock kemungkinan tidak
pernah mengandung bayi Luffy dan Luffy bukanlah ayah dari bayi manapun. Semua
yang telah ia katakan hanyalah kebohongan belaka.
Sebenarnya,
arkeolog yang satu itu sangat menikmati situasi yang sedang terjadi di bawah
laut sana.
Pada saat yang
sama, Franky masih terus saja menyimak seluruh percakapan Robin dan Luffy lewat
Den Den Mushi yang masih aktif di Shark Submerge. Kedua matanya seketika
membelalak dengan amat sangat tidak wajar sewaktu mendengar kata ayah yang
meluncur dari mulut Robin. Mulutnya seketika terbuka lebar, menarik perhatian
semua kru kapal.
"ROBIN
SEDANG HAMIL DAN LUFFY AYAH DARI BAYI MEREKA!"
DOOOOOONGGG!
"SIALAN!"
Sanji berteriak frustrasi, tidak sengaja membanting pintu dapur dengan
kemarahan yang tidak dapat dikendalikan lagi. Hatinya sangat jengkel, heran
bagaimana bisa Luffy bisa melakukan semua hal yang ingin sekali ia lakukan.
"MASA LUFFY LAGI?"
"Apa yang
barusan kau katakan, Franky?" Nami menutup mulutnya seakan tidak percaya
dengan apa yang baru ia dengar. "Oh, jangan bilang kalian mempercayai
semua itu!"
"Aku
mendengar dengan telingaku sendiri bahwa Luffy telah menjadi seorang
ayah…" Brook datang mengambang dari arah dek atas. "Padahal aku sama
sekali tidak punya telinga, yohohoho… skull joke!"
"ITU SEMUA
BOHONG!" Usopp menjatuhkan dagunya dengan dramatis, setengah berlari
mendatangi Franky. "Kau sedang bercanda, bukan?"
"ITU
KENYATAAN! COBA SAJA KALIAN DENGAR HAL INI!" Franky mempertahankan
beritanya, menaruh Den Den Mushi di atas meja dan memperdengarkannya ke semua
kru kapal. Tanpa banyak cakap mereka semua mendekati meja, sayup-sayup
mendengar suara-suara ribut yang dipenuhi kebahagiaan di bawah sana, jauh di
antara gua-gua bawah Laut Habanera. Wajah mereka semua tampak berbeda,
masing-masing memiliki pendapatnya sendiri.
"AYAH!"
Luffy berteriak ribut, menggoncang kapal selam mungil itu. Wajahnya dipenuhi
oleh kebahagiaan. "AKU AYAH DARI SEPASANG BAYI KEMBAR!"
"Tentu
saja, tapi hal itu benar terjadi bila Boa Hancock telah melahirkan
anakmu—"
"WOAAAHHHHH!
AKU TELAH MENJADI AYAH!" kapten muda itu berteriak kesetanan, senyum lebar
melintas di wajahnya. Suaranya begitu riang, dipenuhi kegembiraan.
"WOOOAAAHHHH!"
"Luffy,
dengar, itu hanya asumsiku—"
"WOOOOAAAAHHHHH…!"
Usopp
menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Jadi itu sebabnya mengapa Robin
selalu mendukung Luffy dalam kondisi apapun. Dulu dia pernah mengatakan bahwa Luffy
bertanggung jawab atas dirinya, seumur hidupnya karena telah menyelamatkan
Robin dari reruntuhan di Arabasta. Aku tidak bisa menyalahkan Luffy, kalau
begitu persoalannya. Robin wanita dewasa yang sangat seksi dan juga cerdas.
Jika diberi kesempatan yang sama, aku akan melakukan tindakan yang sama seperti
Luffy, mencium dan meraba—"
Sanji mimisan,
membayangkan perkataan Usopp.
"Berhenti
bicara omong kosong!" Zoro memotong penjelasan Usopp yang mulai mengarah
ke pembicaraan mesum, mendongkol. "Tidak mungkin wanita satu itu bisa
dihamili oleh Luffy, atau siapapun, kalian dengar itu?"
"Jangan
semarah itu, Zoro!" Usopp dengan cepat membalas protes Zoro barusan. Ia
berbisik ke telinga Nami, "ada apa dengan orang itu, seperti Robin
kekasihnya saja. Kalau aku tidak kenal dia sejak dulu, pasti aku berani
bertaruh kalau dia sangat cemburu."
"Aku masih
mendengarmu." Zoro mengerutkan kedua alisnya, membuat Usopp menelan ludah
susah payah, berbisik meminta maaf dengan suara yang amat sangat pelan.
"GYAAAHHHH!
INI BENAR-BENAR TIDAK ADIL!" Sanji berkomentar dengan sejuta kekesalan di
dadanya. Si koki berambut pirang satu itu merebut Den Den Mushi dari atas meja.
"Kemarikan Den Den Mushi sialan itu! Aku akan menanyai mereka! Bagaimana
bisa mereka…"
"Fufufu…
itu hanya kesimpulan yang kubuat," Robin akhirnya melepaskan tawanya yang
anggun. Dia benar. Reaksi Luffy sangat menyenangkan. "Kau boleh berhenti
berteriak seperti itu, Luffy. Hancock tidak benar-benar hamil dan kau—belum
tentu menjadi ayah."
"WOOOOAAHHHH!"
Luffy masih terus berteriak sementara otaknya perlahan mencerna apa yang
sebenarnya sedang dijelaskan oleh Robin.Hancock tidak benar-benar hamil dan
kau—belum tentu menjadi ayah. "EEEEEEEEEEEEEEEEEHHH?" Luffy
akhirnya sepenuhnya menyadari apa yang Robin katakan. Robin tengah
mempermainkan perasaannya!
Merasa
dikerjai, Luffy merengut kesal. "Kau menyebalkan, Robin!"
"APA?
LUFFY MENGATAKAN BAHWA KEHAMILAN ROBIN MENYEBALKAN!" Sanji berteriak tidak
rela. "AKU BERSUMPAH SI KARET TOLOL ITU AKAN MERASAKAN TENDANGAN PALING MAUT
DAN AKAN KUPOTONG-POTONG DIA NANTI!"
"Kau
bilang kau mau bicara dengan mereka, alis keriting!" Zoro merampas Den Den
Mushi dari tangan Sanji. "Hoi! Luffy! Luffy! Kau mendengarku? Bangsat! Aku
nyaris tidak mendengar apa-apa!"
"Apa yang
salah?" Nami mendekati Zoro, penasaran juga dia. "Tak bisa
menghubungi mereka?"
"Mereka
menyelam terlalu dalam di bawah gua. Aku akan menarik mereka dengan
segera!" Franky angkat bicara, lantas sibuk menekan berbagai tombol
pemanggil otomatis Shark Submerge.
"Aku tidak
bermaksud untuk mengecewakanmu, tapi mengenai menjadi ayah itu hanyalah
asumsiku, pendapatku saja. Hancock tidak mungkin hamil hanya dengan satu kali
hubungan seks, paling tidak beberapa kali agar pembuahan bisa terjadi. Walau
untuk beberapa kasus, hal itu bisa saja terjadi." Robin terdiam sesaat,
lalu ia menanyai Luffy. "Apa yang akan kau lakukan memangnya bila Hancock
benar-benar mengandung anakmu?"
"Aku tidak
mau menjawab!" Luffy masih merengut kesal. "Kau benar-benar—"
Robin sama
sekali tidak tersenyum, suaranya sangat serius. "Luffy, apa yang akan kau
lakukan bila Hancock mengandung anakmu?"
"Tentu
saja menikahinya!" Luffy menjawab tanpa berpikir. "Memangnya apa
lagi?"
Jawaban khas
Luffy, begitu sederhana dan lurus. Itulah Luffy yang selama ini ia kenal. Robin
kembali tersenyum. "Fufufu, kau benar-benar menarik, Luffy."
"Jadi di
mana naga yang enak itu? Aku sudah tidak sabar menunggu!"
Dengan
hati-hati Robin mengecek posisi mereka. Sejauh ini mereka sudah memasuki
berbagai gua bawah laut, hanya butuh beberapa saat sebelum mereka tiba di
tujuan semula, dasar laut berair hangat. Kedua mata Luffy membelalak saat ia
melihat berbagai stalagtit dan stalagmit dengan berbagai warna yang sangat
indah. Arus air perlahan menjadi tenang, namun itulah yang aneh. Terlalu banyak
ikan dan belut, padahal di dasar gua yang dalam dan dingin, mereka tidak dapat
hidup. Robin mengecek temperatur air. Itulah jawabannya. Prediksinya tepat.
"Kau
menemukan sesuatu?" Luffy menunggu dengan tidak sabaran di samping Robin.
Sepintas ia melihat bayangan besar berkelebat di balik hitamnya karang.
"Apa?"
"Kau akan
menikmati Naga Air Habanera, Luffy."
ooOoo
Ketika Hancock
membuka matanya, perasaannya menjadi semakin buruk. Belakangan ini ia jarang
tertidur sepulas biasanya, memikirkan mimpi buruk yang beberapa saat lalu
kembali muncul dan mengganggu ketentramannya. Benar-benar aneh, pikirnya masam.
Ingatan terpendam yang selama ini ia sembunyikan semasa ia menjadi budak dulu
kembali terngiang di otaknya. Suara tawa penuh ejekan, perlakuan tidak
manusiawi para bangsawan, dan tangan-tangan menjijikkan yang menghina dan
menggoreskan luka di tubuh dan hatinya berulang-ulang muncul dii benaknya,
membuatnya muntah beberapa kali.
Air mata
mengalir perlahan dari kedua mata birunya yang indah.
Wanita tercantik
di seluruh samudra itu melengkungkan bibirnya dengan kesal, heran kenapa masa
kelam itu kembali hadir di hidupnya yang sekarang, ingatan yang ingin ia hapus.
Apa boleh buat, masa lalunya sebagai budak Naga Langit tidak bisa ia pungkiri,
dan tak bisa ia ubah selamanya. Tato naga mencakar langit di punggungnya
adalah bukti nyata semua itu, begitu juga kebenciannya terhadap semua
laki-laki.
Semua pria itu
memuakkan kecuali Luffy. Hanya Luffy yang membuatnya bertahan melalui hari-hari
yang suram ini, Hancock mendesah. Ia mengambil poster buron Luffy dari sisi
tempat tidurnya, dan ia menyusuri wajah Luffy di sana dengan jemarinya. Ia
sangat merindukan Luffy, orang yang paling dikasihinya. Pria yang paling
penting sealam semesta. Luffy tengah tersenyum dalam foto, Hancock merasakan
wajahnya merona. Ah, Luffy selalu tersenyum ceria.
Senyuman itu
telah berkali-kali menyelamatkannya, membuat semua kegundahannya menghilang
hanya dengan menatap senyuman dalam poster buron itu. Hancock menutup matanya,
berusaha mengingat saat-saat ia bersama dengan Luffy.
"Berhenti
memanggilku calon suamimu!"
"Dengar!
Aku takkan menikahimu!"
"Aku
takkan menikahimu! Terima kasih atas makanannya!"
Brengsek,
mengapa semua penolakan itu kembali terngiang?
Dengan frustrasi Hancock melemparkan bantalnya ke dinding. Ekspresinya
mengerikan, dipenuhi oleh kemarahan yang tak berujung."Dia hanya malu,
kalian dengar itu? Luffy hanya tidak mau mengatakannnya di hadapan banyak
orang!"
Tidak ada
jawaban.
Berteriak
sendirian di tengah malam sepertinya benar-benar menyedihkan. Hancock menghela
napas dalam-dalam dan kembali menutup matanya, memikirkan saat-saat terindahnya
bersama Luffy di Luscaina. Mungkin saja Luffy sama sekali tidak mengingat
malam itu, pikirnya gundah. Kala itu Luffy menciumnya dengan intens, penuh
hasrat dan menggebu-gebu, seakan tidak mau melepasnya. Hancock tersenyum dengan
wajah memerah. Perlahan ia menyentuh bibirnya, teringat bibir Luffy yang hangat
dan basah, semua sentuhan pemuda itu di seluruh tubuhnya. Itulah saat terindah
dalam hidupnya. Luffy..., bisik Hancock dengan pelan, lalu tersenyum.
Oh, semuanya sangat indah. Semuanya begitu menakjubkan. Luffy, andai saja
kau tahu betapa aku merindukanmu…….
Siluet panjang
yang berasal dari pria bertubuh tinggi besar itu perlahan melintasi koridor
besar dan mewah yang berwarna merah bata yang menghubungkan antara ruangan demi
ruangan dalam rumah peristirahatnya yang terletak di sebuah pulau tropis di
Grand Line. Sambil tersenyum puas pria itu meminum anggur putih kesukaannya. Ia
suka aroma pekat yang segar dari anggur yang dulu pernah dibawakan bawahannya
Disco dari Red Line. Rasanya tidak tertandingi, gumamnya pelan. Di hadapannya
terpampang foto seorang wanita yang amat cantik dengan rambut hitam tebal dan
lekuk tubuh yang begitu sensual menggoda. Ia bertemu wanita itu di Marineford,
saat berperang dengan awak kapal Whitebeard. Tidak salah lagi.
Itu sudah pasti
perempuan itu.
Ia pernah
melihat wanita itu sebelumnya, dulu sekali sewaktu ia mengecek rumah gadainya,
tempat penjualan berbagai budak dari berbagai ras. Dulu wanita itu masih sangat
muda, liar, dan kasar. Dia sempat menjualnya beberapa kali. Terlalu liar dan
nakal, sampai-sampai para pembantunya sering mengutarakan kekesalan mereka
terhadap perlakuan liarnya. Siapa yang akan percaya bahwa bocah kecil satu
itu telah bertransformasi menjadi wanita teranggun, tercantik , sekaligus kuat?
Sekarang dia salah satu Shichibukai, Boa Hancock, sang Ratu Kuja? Donquixote
Doflamingo memperlihatkan senyumannya yang mirip dengan iblis kala menemukan
mainan baru. Yah, apa yang bisa lebih menyenangkan daripada menyiksa si
cantik itu?
"Cepat
kemari!" perintah lelaki itu, menatap wanita yang terlihat susah payah
mengatur napasnya yang berat. Pakaian bercorak macan tutul wanita itu kotor dan
dipenuhi oleh darah yang sudah mengering, wajahnya sayu dan pucat. Akan tetapi,
di balik sebagian rambut yang menutupi wajah kuyu wanita itu, sinar keberanian
khas Kuja masih tersimpan dari mata biru tajamnya. Doflamingo bertanya dengan
nada sopan. "Bagaimana perjalananmu?"
"Biasa
sa-saja." Wanita itu menjawab takut-takut, menggigit bibirnya yang kering.
"Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan, termasuk—"
"Termasuk
mengirimkan surat undangan itu?" Doflamingo tidak bisa menyembunyikan
tawanya, melambaikan sebelah tangannya dengan senang. "Menyenangkan sekali
bila aku bisa melihat wajah terkejut dia, apalagi nanti, setelah menikmati
tubuh—"
Doflamingo
berhenti sejenak, menatap wanita Kuja itu dengan liar. "Seperti aku
menikmati dirimu."
"Hentikan
omong kosong ini! Cepat lepaskan putriku! Aku sudah melakukan semua yang kau
mau!" wanita itu berteriak dengan suara parau. Hatinya hancur menyadari
apa yang telah ia lakukan sejauh ini, tapi ia tidak punya pilihan lain. Putri
tunggalnya berada dalam bahaya, dan ia rela melakukan apa saja demi nyawa
putrinya itu. "Cepat lepaskan dia! Kau sudah berjanji!"
"Kau sama
sekali tidak berhak memberiku perintah, pelacur sampah!" Doflamingo
membalas tanpa ampun. Ekspresinya yang tadinya penuh senyum kini berganti oleh
wajah dingin yang kejam, kebrutalan terlintas di wajahnya. Sekalipun ia
tersenyum, senyumnya itu begitu bengis, menyisakan rasa kengerian yang mendalam
untuk siapa saja yang memandangnya.
Wanita itu
menunduk, takut dengan apa yang kini ia lihat. Doflamingo tersenyum lagi,
bertanya dengan suara kasar, seolah mengejek. "Di mana ratu tercintamu
ketika kau membutuhkannya?"
"Berhenti
memanggil Putri Ular seperti itu!" wanita itu marah, membalas tatapan
Doflamingo tanpa sedikitpun rasa takut. Ia menyayangi ratunya dengan sepenuh
jiwa, dan tidak sudi nama Hancock dijelek-jelekkan begitu rupa. "Aku sudah
memberitahukanmu semua yang aku tahu! Aku sudah memberikanmu kapal Kuja!
Sekarang cepat lepaskan putriku!"
"Kau akan
menemui anak kesayanganmu, segera…" Doflamingo berkata dengan nada dingin,
menggerakkan jemarinya dengan cepat, membuat gerakan aneh yang berirama.
Bermain dan mengoyak-ngoyak para manusia lemah salah satu permainan yang paling
ia sukai.
"Hen-hentikan!
Apa yang kau… AARRGGHHHHH!"
Dia tak bisa
menghentikannya, kenikmatan saat para korbannya menjerit tanpa bisa berontak
sedikitpun membuatnya begitu ketagihan.
"… di
neraka."
"ARGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!"
ooOoo
"Tapi…",
"Bagaimana bisa kau…"
Robin tertawa
pelan, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar dari krunya sendiri. Mereka
semua memang benar-benar lucu, pikirnya riang dalam hati. Bagaimana
mereka berpikir kalau Luffy bisa menghamiliku? "Dengar, aku tidak
hamil—dan Luffy bukanlah ayah dari anak yang tidak kukandung."
"Huh…"
Zoro mencibir di pojok sana, seperti lega atau apa. "Kau dan semua
tuduhanmu yang tidak masuk akal…"
"Kepala
lumut, kau bagian dari semua ini juga~!" Sanji terdengar sangat lega, dan
bahagia. "Syukurlah kau terbebas dari monster testosteron terkutuk
itu…"
"Kaulah
monster testosteron yang sesungguhnya, Sanji-kun." Nami mendesah kesal,
menggelengkan kepalanya. Sejak kapan Luffy peduli dengan wanita? Lagipula,
hanya Sanji yang tergila-gila dengan para wanita dan ingin memiliki mereka
semua, tanpa kecuali, rutuknya lagi. "Hmmph, jadi kita semua dibodohi
oleh gosip konyol Franky?"
"Franky?"
Robin penasaran, ingin tahu apa yang telah mereka bicarakan di atas sana.
Dengan senyum sejuta misteri ia bertanya, "Franky, apa hubunganmu dengan
semua ini?"
Tapi, Ro-robin
kau tadi bilang—" Franky tergagap. Dengan sigap ia melangkah mundur,
tersenyum malu-malu ke semua orang. "Ah, kurasa aku harus memperbaiki Den
Den Mushi di Shark Submerge…"
"FRANKKYYYYYYYYY!"
nyaris semua kru berteriak, mengejar sumber semua kesalahpahaman itu.
"BISA-BISANYA KAU!"
Sanji menendang
Franky keras-keras, membuat cyborg mesum itu terbang ke udara. Semua kru
terpana melihat hal itu, tapi tidak ada yang mengatakannya. Franky pantas
mendapatkan tendangan atas semua keributan yang telah terjadi. Gara-gara
ulahnya semua heboh mengkhawatirkan Luffy dan Robin. Ya, semuanya gara-gara
Franky dan isu kehamilan Robin.
"Yohohoho…
masa muda sangat menyenangkan, bukan?" Brook berkomentar di samping Usopp,
yang sedang sibuk membetulkan peralatan biji-bijian terbarunya.
"Aku ini
masih muda, Brook! Berhenti berbicara seolah-olah aku seumuran denganmu!"
Usopp protes, mulutnya sampai maju beberapa senti saking marahnya. "Eh,
bisa ambilkan obeng di dekat kakimu?"
"Tulangku
bekerja lebih baik daripada obeng," Brook menjawab dan memberikan salah
satu tulangnya kepada Usopp. "Yohohoho… skull joke!"
"Yang
benar saja!" pemuda berhidung panjang itu meneriaki Brook yang kini
berlari dengan sangat kencang, melompat-lompat di atas berbagai benda.
"Hei, cepat kembalikan—"
"Luffy,
bisa tidak kau berhenti mengunyah monster itu!" Nami meneriaki kaptennya,
yang sepenuhnya mengabaikan semua yang telah dituduhkan kepadanya, dan terus
saja menelan daging naga yang telah ditemukan oleh Robin dan dirinya. Sejak
mereka muncul ke permukaan, satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya
hanyalah daging naga, yang telah ia tangkap dan habisi. "Kau 'kan akar
permasalahan semua ini!"
"Hah? Akar
apa?" Luffy bertanya dengan mulut penuh. "Bisa dimakan, tidak?"
"Lupakan
saja!" Nami menggelengkan kepalanya, berjalan menuju dek dan mengambil
koran hari itu. Dia selalu mengecek berita, mencari perkembangan terbaru yang
mungkin saja berguna untuk perjalanan mereka. Gadis berambut merah yang cantik
itu perlahan membuka halaman demi halaman, membaca setiap artikel yang menarik.
"Banyak sekali pertumpahan darah dan perebutan wilayah sejak kematian
Whitebeard… ehhh… tidak mungkin…"
"Nami-swan,
makanan apa yang kau inginkan untuk… EHHHHHHHHHHHH~?" Sanji seketika
berhenti bernapas ketika matanya menangkap apa yang tertulis di berita utama
itu. "MUSTAHIL!"
Kebenaran
yang Terselubung Mengenai Wanita Tercantik Selautan, Boa Hancock sang
Shichibukai.
Melarikan
diri dari Red Line bertahun-tahun lalu, sukses mencapai posisi terhormat
sebagai Ratu Kuja di Pulau Nyoga, Pulau Perempuan.
Dia yang
dulunya budak, selamanya budak.
"Luffy,
kau tahu Boa Hancock, bukan?" Nami bertanya, wajahnya berubah pucat. Dia
sulit mempercayai berita yang disebarkan di Koran. Dengan penuh rasa ingin tahu
Nami kembali mengulang-ulang kata-kata dalam artikel itu. Dia yang dulunya
budak, selamanya budak. Apakah Ratu Bajak Laut itu dulunya budak? "Apa
arti dari berita ini?"
"Hah?"
No comments:
Post a Comment