Hancock-Luffy love 4 - balaghy

Temukan informasimu di sini

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday 26 February 2013

Hancock-Luffy love 4



Kisah kali ini menceritakan mengenai Hancock dan kedua bayi kembarnya
yang terpaksa meninggalkan Pulau Perempuan.
part 4

Di tengah ruangan Rip-off Bar di Grove 13 dalam kawasan Shabaody Archipelago, Silvers Rayleigh meneguk kembali anggur merah kesukaannya. Perlahan dibukanya kacamata yang ia kenakan ketika Shakky pindah ke pangkuannya, dan perlahan menyatukan kedua bibir mereka. Rayleigh mulai bercerita seputar cuaca, pekerjaan, dan bagaimana para pelaut yang baru belajar berlayar mulai mencoba menawar harga pengecatan kepada dirinya dengan berbagai cara yang terbilang cukup licik. Shakky mendengarkan semua cerita Rayleigh dengan seksama sambil tersenyum.


"Aku tak pernah menduga bahwa hidup dengan seorang mantan penjahat sepertimu bisa menjadi sangat menyenangkan. Tidak ada lagi yang kuharapkan, Ray." Shakky menuangkan lebih banyak anggur ke dalam gelas Rayleigh dan meminumnya. "Selalu saja ada hal yang bisa membuatku senang."

"Dan aku pun selalu menyukai aroma rokok yang menyengat dari mulutmu, juga ciumanmu yang terkadang manis dan pahit pada saat yang bersamaan." Rayleigh membalas senyuman Shakky, lalu membelai dagu istrinya itu dengan lembut. "Semuanya benar-benar menyenangkan, ya?"

"Tentu, tapi rasanya agak bosan sejak anak-anak meninggalkan kita." Shakky melempar senyuman 
menggoda kepada suaminya itu. "Benar-benar sepi."

"Maksudmu?" Rayleigh tersenyum penuh arti. "Apa kau sedang menggodaku, Shakky?"

"Hei, apapun yang ada di benakmu, bukan itu yang kumaksud."

Ray menaikkan alisnya yang semakin memutih, "kau ingin liburan, sayang?"

"Hmm, itu bukan sebuah ide yang buruk, apalagi di saat seperti sekarang."

"Berhenti berbicara dengan penuh teka-teki begitu." Rayleigh menatap langsung ke dalam mata istrinya, "apa yang kau maksudkan dengan berbicara seperti itu kepadaku?"

"Apa yang akan kau lakukan jika Monkey meninggalkan beberapa pekerjaan untuk kau periksa?"

"Shakky, kau membuatku sangat penasaran…"

Shakky mengedipkan sebelah matanya. Beberapa jam yang lalu, ia baru saja menerima sebuah surat yang sangat penting dari Nenek Nyon lewat elang peliharaan Boa Marigold. Mengetahui apa yang telah terjadi di antara Monkey dan Hancock membuatnya merasa sedikit takut sekaligus tertarik. Yah, sebenarnya Shakky sangat tertarik dengan perkembangan mereka. Ia tidak sabar untuk menemui mereka berdua.

"Salahmu karena kau pernah meninggalkan pulau itu selama enam bulan penuh untuk berjudi, Ray."

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau maksudkan," Rayleigh tertawa. "Kupikir kaulah yang tidak pernah mengecewakan pria tua sepertiku dengan bersikap penuh misteri seperti itu…"

Di tengah Grand Line, para Pelaut Kuja baru saja menemukan kapal lain yang menuju ke arah mereka. Benar-benar sebuah keberuntungan yang tidak disangka-sangka setelah Sang Ratu Bajak Laut memerintahkan mereka untuk mencari kapal baru baru-baru ini. Hancock berpendapat bahwa bepergian dengan kapal Kuja terlalu beresiko dan ia tidak ingin keberadaan mereka dapat ditemukan dengan mudah.
Sebenarnya, kapal yang sedang mereka tumpangi adalah kapal model baru di Amazon Lily. Selama berabad-abad kapal Pelaut Kuja hanya ada satu. Namun, selama pemerintahan Sandersonia, adik Hancock itu telah menambah kapal mereka dengan membuat beberapa kapal yuda berukuran kecil untuk pelayaran jarak jauh maupun dekat. Ironisnya, justru kapal yang baru dikembangkan inilah yang telah dicuri oleh penghianat di antara mereka.

ooOoo

"Lihatlah bendera itu, perompak yang tidak terkenal tapi sepertinya kapal mereka cukup bagus," Blue Fan tertawa terkikih-kikih sambil terus mengawasi pergerakan kapal sasaran mereka dengan teropong. "Bersiap untuk menyerang mereka!"

"Benar sekali, aku menyukai barang-barang yang terlihat nikmat itu," kata Rindo dengan tenang. "Aku akan berusaha keras agar bagian yang seperti permen itu tidak akan terkena meriamku."

"Apa kau! Aku yang pertama melihatnya, Rindo! Bagian yang seperti permen itu milikku!" Ran tersenyum dengan antusias. Dengan semangat membara dia memberi komando serangan kepada awak yang lainnya, "SERAAAAANGGG!"

Perompak Candy bukanlah bajak laut yang baru mengarungi samudra. Sebelumnya mereka menguasai Pelabuhan St. Poplar, namun kedatangan CP9 ke sana telah mengacaukan segalanya. CP9 menendang mereka keluar dari St. Poplar sehingga Perompak Candy kehilangan markas mereka. Ketika mereka menyadari bahwa lawan mereka adalah para Prajurit Kuja, mereka berusaha mati-matian untuk melarikan diri secepatnya dari sana. Mereka mendengar bahwa semua lawan dan musuh Prajurit Kuja mati menggenaskan dijadikan batu. Tentu saja, mereka tidak ingin bernasib sama.

"BRENGSEK! TINGGALKAN KAPAL!" sang kapten yang berkostum berwarna-warni seperti permen loli dan bertopi permen memerintahkan awaknya untuk melarikan diri sebelum menceburkan dirinya ke dalam dinginnya laut Grand Line. Kru yang tersisa di kapal hanya bisa panik. Beberapa kru dengan segera langsung menyusul sang kapten ke laut dan beberapa lainnya hanya bisa berdiri di atas kapal, mematung tanpa bisa bergerak saking takutnya. Beberapa di antara mereka bahkan gemetar dengan celana yang basah.
"MENGABAIKAN KAPAL?" Cosmos tersenyum menghina. "Mereka benar-benar pengecut."

"Jangan biarkan mereka lari!" Ran memberi perintah, "Putri Ular telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semua!"

"BUNUH MEREKA SEMUA!" semua Prajurit Kuja berteriak dengan niat membunuh yang jelas tergambar di mata mereka. Misi mereka untuk membajak kapal lain sangatlah penting. Masing-masing paham bahwa perjalanan mereka haruslah tidak boleh diketahui oleh siapapun. Mereka tidak ingin ratu kesayangan mereka beserta kedua bayinya yang sangat lucu itu terkena masalah. Mereka sepenuhnya sadar bahwa kesalahan sekecil apapun dapat mengakibatkan bahaya besar bagi Putri Ular dan bayinya. Para Prajurit Kuja rela berbuat apa saja demi ratu mereka.

"Perompak Candy, huh? Mereka benar-benar lemah!" Ran mencibir ke arah para pelaut yang nampak sangat memprihatinkan itu. "Aku tak percaya mereka berani menyebut diri mereka sebagai perompak!"
Cosmos dan Rindo muncul dari laut bersama beberapa pelaut di tangan mereka. Dengan mudah mereka melempar para pria malang itu kembali ke kapal mereka. Kurang dari satu jam para Prajurit Kuja sudah kembali menangkap seluruh Perompak Candy. Tentu saja kurang dari satu jam, karena kebanyakan dari mereka sudah tak lagi bernyawa.

"Tolong jangan bunuh kami! Kalian bisa mendapatkan apa saja yang kalian butuhkan!" kapten kapal memohon dengan sangat. Ia menangis pilu, berharap bisa memperoleh belas kasihan.

"Ya, aku masih memiliki ibu yang cacat dan anak perempuan yang tidak berdaya di kampung nun jauh di sana, kasihanilah nyawaku…"

"Apa yang kau bicarakan, hah? Kau 'kan yatim piatu," temannya memotong. "Sebenarnya akulah yang memiliki ibu yang cacat dan…"

"Tutup mulut, kau sampah!"

Mereka semua menyerah dengan kekejaman Prajurit Kuja. Para pria itu sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk meloloskan diri, apalagi menyerang balik. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa para wanita yang luar biasa menarik itu bisa menjadi makhluk kejam dan sadis.

"Sudah kalian kumpulkan mereka semuanya?" sebuah suara dengan nada datar dan dingin datang dari wanita yang paling cantik di seluruh samudra. Sang Ratu Bajak Laut Boa Hancock muncul di hadapan para Perompak Candy dari kapal Kuja. Dia begitu cantik dan menawan. Dengan gaun cheongsam merahnya, tidak ada kecantikan wanita manapun yang dapat menandingi dirinya. Para Prajurit Kuja bawahannya seperti biasa, selalu ikut mengagumi kecantikan luar biasa yang dimiliki oleh ratu mereka.

"Putri Ular, kami telah melakukan semua perintah anda!" lapor Ran dengan bangga. "Kami telah menguasai kapal mereka."

"Sungguh?" Hancock berjalan dengan perlahan ke kapal Perompak Candy. Para prajurit menyoraki dirinya ketika mereka melihat kemunculan Hancock dan ekspresi wajahnya yang dingin. "Biar aku yang mengurus sisanya. Kalian segera pindahkan semua muatan kita ke kapal ini."

"Tolong jangan bunuh…. GYAAA… CANTIK SEKALI?" sang kapten mendadak bereaksi berlebihan saat ia menatap Hancock. Kedua matanya berubah menjadi bentuk hati. "Aku rela menjadi budakmu, peliharaanmu, apa saja…"

"Ya, ya, tolonglah wahai wanita yang sangat cantik, kumohon jangan bunuh kami!"

"BUATLAH AKU SEBAGAI BUDAKMU!"
"BUATLAH AKU SEBAGAI PELIHARAANMU!"

Hancock dapat merasakan bahwa darahnya mengalir lebih kencang. Para pria itu sungguh memuakkan. Mereka bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan! Mau menjadi budak? Mau menjadi peliharaannya? Apa mereka tidak tahu betapa memalukan dan menderitanya untuk menjadi peliharaan orang lain?

"Aku takkan membunuhmu," Hancock berkata dengan pelan, memberikan salah satu dari senyuman termanisnya. "Aku takut tanganku akan menjadi kotor bila jaraknya sedekat ini, dan aku sangat membenci sesuatu yang kotor, sangat benci."

"Hah?" para pria itu tidak mampu berkata-kata.

"Sudikah kalian menjadi batu di bawah laut sana?" wajah Hancock seketika berubah menjadi kejam. "Mero mero mellow!"

Semua para perompak itu berubah menjadi batu dalam sekejap. Tanpa ragu-ragu Hancock langsung menendang patung mereka dan mengirim semua serpihan itu ke laut lepas. Ia tersenyum, menyadari bahwa ia sangat menyukai apa yang baru saja ia perbuat.

"Ahh, menendang mereka semua membuat kakiku terasa sakit." Hancock berpura-pura sakit, seolah-olah tendangan demi tendangan membuatnya lelah atau apa. Ia hanya ingin meraih simpati para prajuritnya. Dan ia pun suka membuat ekspresi yang manis, imut-imut dengan wajahnya yang memang sangat cantik itu.

"Wajah cantik Putri Ular bersinar bagaikan malaikat," para prajuritnya mengagumi Hancock. Semua mata mereka berubah bentuk menjadi bentuk hati. "Putri Ular kita selalu terlihat imut-imut."

"Bukankah dia selalu begitu?"

Sebenarnya Hancock dapat membunuh semua makhluk yang hina itu sendirian sejak awal, tapi ia sadar bahwa para prajuritnya membutuhkan latihan dan juga kesenangan. Dia sangat mengerti itu, dan ia senang bahwa keputusannya itu sangat tepat. Ah, sebuah hari baru telah berlalu…

Sejauh ini kapal Perompak Candylah kandidat terkuat untuk menggantikan kapal Kuja miliknya. Dalam perjalanan itu, mereka telah menghancurkan dan membabat habis semua kapal yang mereka temui. Tidak boleh ada saksi mata. Tidak bisa ada saksi mata. Hidupnya dan hidup kedua bayinyalah yang menjadi taruhannya. Para prajuritnya mengetahui hal itu. Mereka semua mematuhi perintahnya.

Hancock memandangi bulan purnama yang bersinar dengan terang di langit sana. Ia merasa kesepian, dan membutuhkan seseorang untuk bercakap-cakap. Sepanjang perjalanan itu ia terus menekan perasaannya. Ia tidak lagi membiarkan dirinya untuk kembali menangis lagi. Tidak lagi.

Pada awal perjalanan ia menjadi sangat sensitif, sedih, dan memalukan. Ia tidak pernah merasa setakut itu sejak ia melarikan diri dari Red Line. Rasanya ia kembali ke umur 16 tahun, saat ia masih begitu lemah, tak berdaya, dan selalu pasrah. Tak lama ia menyadari bahwa ia tidak bisa bersikap manja seperti itu. Ia harus menjadi kuat. Ia harus menjadi kuat untuk menjaga dirinya sendiri dan juga kedua bayi kembarnya, harta yang paling berharga dalam hidupnya.

Setelah para prajuritnya memindahkan semua muatan mereka ke kapal baru yang semula menjadi milik Perompak Candy, Hancock menghancurkan kapal Kujanya dengan segera. Ia segera memerintahkan Yuda kesayangannya untuk kembali ke pulau mereka, Pulau Perempuan. Para Yuda itu merupakan makhluk yang pandai. Dengan segera mereka mengangguk dan berenang kembali secepatnya ke pulau. Baiklah, satu langkah kecil telah selesai.

"Bagus sekali! Sekarang kembali ke posisi semula!"
"Baik, Putri Ular!"

Hancock bergegas memasuki kamarnya, mencari kedua bayinya. Merekalah satu-satunya alasan mengapa dirinya sampai meninggalkan pulau, berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lainnya yang ia sama sekali tidak ingin kunjungi. Nenek Nyon telah memperingatkannya bahwa tempat orang itu adalah tempat terbaik untuk bersembunyi. Tentu saja ia merasa takut, akan tetapi… sudahlah, tidak ada lagi yang ia takuti! Ia memiliki dua bayi yang harus ia pedulikan, dan Luffy.

Setiap ia teringat akan Luffy, jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia tahu hal itu jauh lebih baik ketimbang saat Luffy masih bersamanya. Ia sangat sulit melakukan apapun saat Luffy masih bersama mereka. Untunglah kedua bayinya mampu menghilangkan semua kesusahan hatinya. Apa yang Luffy sedang lakukan? Luffy, apa kau makan dengan lahap sekarang ini?

"Hikk… Hikk…" Acer perlahan membuka matanya. Hancock menyadari bahwa Acer tidak menyukai tempat baru mereka. Ruangan itu dipenuhi oleh bau minuman keras dan bau apel busuk dari pojok ruangan. Dengan cepat Hancock membuka jendela-jendela di kamar itu. Aroma khas laut Grand Line yang asin langsung memasuki ruangan, menggantikan bau busuk yang timbul tadi.

Seketika wajah Acer terlihat sangat senang. Bayinya tertawa-tawa dengan riang.

"Acer, apa kau menyukai lautan? Di lautlah ayahmu menemukan kebahagiaan terbesarnya… tempat yang mungkin saja akan kau sukai bila kau ingin pergi menjelajah suatu hari nanti…"

Acer memandanginya dengan kedua mata besarnya yang gelap. Mata gelap yang sama dengan Luffy. "Yah, saudaramu Fuchsia harus menjaga Pulau Perempuan, kan? Jadi kau bebas menentukan takdirmu, mencari apa yang paling kau inginkan…"

"Hnnn…" Acer sepertinya paham dengan apa yang ia katakan. Bayi kecilnya itu memberikan senyuman manis kepada ibunya, yang sedang menatapnya kembali dengan tatapan yang penuh dengan rasa cinta.
"Kembali tidur, sayangku. Kembalilah tidur… segera… kalian akan segera menemui Paman Rayleigh…"

Ketika Acer menutup kedua matanya, mendadak saudara perempuannya terbangun dan menatap wajah ibunya. Hancock tersenyum memandangi balik putri kecilnya. Bayinya itu tidak membuat suara sama sekali, padahal ia terbangun karena keberisikan yang ditimbulkan oleh saudaranya. Kalau Acer tergolong bayi yang aktif dan berisik, maka Fuchsia adalah bayi yang kalem dan tenang. Mungkinkah Fuchsia mewarisi sikapnya? Aw, itu sesuatu yang sangat menyenangkan! Hancock tidak sabar menunggu sampai kedua bayinya dapat bermain dengan dirinya dan mempelajari berbagai hal baru bersama-sama. Bila ia beruntung, maka Luffy dapat bergabung dengan mereka kelak.

"Fuchsia, kau sebenarnya sudah bangun juga, kan?"

Bayi perempuannya itu tersenyum. Fuchsia jelas-jelas mewarisi sifatnya. Hancock menggendong Fuchsia ketika tiba-tiba Acer membuka kedua matanya kembali.

"Hikk…"

"Ah, jadi kalian berdua sebenarnya ingin bermain denganku malam ini?"

Hancock menaruh baik Acer maupun Fuchsia ke dalam buaian Salome yang hangat dan lembut, tempat kesukaan para bayi itu. Kedua bayi kembarnya semakin besar dan sehat dari waktu ke waktu. Lucu sekali, semakin ia melihat kedua bayinya, ia semakin teringat akan semangat dan keriangan Luffy.

"Akankah kau meninggalkan tempat ini tanpa mengucapkan kata perpisahan?"
"Hanya itu? Tenanglah, aku tak pernah mengucapkan itu kepada siapapun!" balas Luffy, "lagipula aku ingin menemuimu lagi, nanti!"

Mungkin saja memasuki tempat itu akan menjadi saat yang menyenangkan. Lagipula ia merasa bahwa masa depannya nanti akan menjadi begitu indah bersama Luffy yang ia cintai.

ooOoo

Malam masih begitu awal di Pulau Cabanera. Para anggota Topi Jerami sedang beristirahat di sana. Sebenarnya mereka terpaksa tinggal di sana. Nami sudah melihat adanya badai yang sangat kuat sepanjang pulau Cabanera yang selalu terjadi sekali dalam dua ratus tahun. Orang-orang selalu mengatakan bahwa badai seperti itu biasanya berlangsung selama seminggu penuh atau lebih. Ada legenda tua di Cabanera, yang disampaikan dari mulut ke mulut, bahwa ada seekor naga laut raksasa yang terperangkap di bawah gua dasar laut Cabanera, yang mengakibatkan badai topan itu.

"Bagus tuh! Aku selalu ingin melihat naga!" Luffy berteriak dengan senang. Kedua tangannya masih memegang sepotong daging berukuran raksasa. "Ayo, kita coba Shark submarine!"

"SUPEEERRRR! Pilihan yang bagus, Luffy!" Franky menaikkan kedua tangannya, berpose seksi. "Tapi ingat yang benar itu namanya Shark Submerge!"

"Ayo Chopper, mau ikut tidak?" Luffy menanyakan dokter rusanya yang imut. Si dokter menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Aku harus menyelesaikan ini dulu!"

Chopper sedang sibuk memeriksa kondisi Sanji. Ia memaksa Sanji untuk menjawab semua pertanyaannya, yang rupanya bervariasi dan jumlahnya lebih dari seratus. Sanji terpaksa menjawabnya sambil memasak cemilan untuk kedua wanita di kapal itu. Ia tengah berencana untuk menyajikan kue terbaru untuk Nami dan Robin tercinta.

"Sudah kukatakan berulang kali, aku melihat…" kedua mata Sanji seketika berubah bentuk menjadi bentuk hati dalam beberapa detik. "Ratu Bajak Laut tanpa…"

Sanji kembali mendapatkan serangan mimisan kecil-kecilan yang telah menjadi gaya khasnya. Beruntunglah penyakit mimisan akutnya sudah sembuh total. Tapi tetap saja, setiap ia mendekati wanita yang menarik ia akan mengalami penyakit memalukan itu, berkat pikirannya yang kotor.

"Ratu Bajak Laut?" Chopper menulis beberapa catatan tambahan di bawah puluhan daftar pertanyaannya. Rupanya, Sanji masih mengalami mimisan bila ia dipeluk atau disentuh olah wanita. Meskipun begitu ada pengecualian untuk wanita yang paling cantik di seluruh dunia, katanya. Hanya dengan melihat fotonya saja, Sanji akan mimisan sampai mati. Baiklah, tidak ada masalah di sini. Eh, bagaimana jika Sanji menyentuh wanita itu? Akankah dia mati?

"Sanji, aku ada pertanyaan untukmu…"

"Dia kecantikan yang paling menawan di seantero lautan, wanita dengan payudara terbesar yang pernah kulihat, dan sepasang kaki yang nampaknya sangat menggairahkan, aku bisa menghabiskan jutaan tahun untuk mengagumi dan memuji kecantikannya saja, jadi bagaimana bisa…." Mendadak Sanji berteriak dengan sadis ke arah Luffy, "BAJINGAN! BENARKAH KAU TELAH BERCINTA DENGANNYA?"

Wajah Luffy terlihat agak tersinggung dengan pertanyaan Sanji yang dipenuhi oleh aura dendam dan iri hati yang jelas sekali ditujukan kepadanya. "Yang benar saja, masalah ini lagi? Aku tidak mau menjawab!"

"Bagaimana bisa bocah bodoh macam itu dapat kesempatan yang sangat luar biasa seperti menghabiskan satu malam yang penuh gairah bersama Ratu Bajak Laut? Bagaimana bisa dia bukan perjaka lagi sedangkan aku… aku…" suara Sanji perlahan mulai menghilang. Rupanya dia terlalu malu untuk melanjutkan kata-katanya.

"Kau itu cemburu, Sanji." Usopp mendadak muncul dari dek dengan sake di tangannya. "Kecemburuan adalah dosa besar yang mematikan."

"Kurasa itu bukanlah kata-kata yang patut diucapkan oleh laki-laki yang berteriak dengan frustrasi dua hari yang lalu, mengutuk Luffy dan mengucapkan segudang sumpah serapah lainnya." Nami meledek Usopp. "Kau pun cemburu juga, Usopp."

"Yohohooho…" Brook memainkan biolanya dari atas meja tengah. "Kapten kita telah menjadi seorang pria dewasa! Mari kita mainkan beberapa lagu yang riang malam ini…"

"Aku memang sudah menjadi pria kok!" Luffy berkata dengan suara keras. "Aku kan punya pen…"

"Aku akan pergi bersamamu, Luffy. Aku pun penasaran dengan apa yang dapat kita temukan di bawah gua sana," potong Robin. Ia tidak mau mendengar lanjutan kata-kata Luffy. "Aku baru saja menemukan beberapa buku mengenai naga laut. Aku percaya bahwa naga itu benar-benar ada di pulau ini."

"NAGA BENAR-BENAR ADAAA?" Kedua mata Luffy langsung berkilat dengan cemerlang, sekemilau mentari di siang hari. Chopper juga melakukan hal yang sama. "TUNGGU APA LAGI?"

"Satu lagi, kawan-kawan…"

"Ya?" Sanji langsung menatap Robin dengan sungguh-sungguh dari posisinya di belakang meja sana. "Apa itu, Robin-chan?"

"Hmmm?" Usopp menaikkan dagunya.

"Kurasa normal saja bagi Luffy untuk menghabiskan malam dengan wanita yang ia sayangi. Itu haknya, bukan begitu, Zoro?"

Si pria berambut hijau di pojok sana hanya menggeram kesal dengan suara yang tidak jelas. Dia jelas tidak ingin melibatkan dirinya dengan hal-hal tidak berguna seperti roman atau semacamnya. Lagipula dia bukan si alis keriting yang terlalu memikirkan wanita di setiap detik dalam kehidupannya.

Pernyataan terakhir Robin membuat Luffy sangat bahagia. Mereka pergi ke dek bersama-sama. Franky mengatakan bahwa ia akan tinggal di dekat kemudi untuk menjadi kendali dari kapal. Luffy menyengir lebar ke arah Robin, "terima kasih! Kau telah menolongku, Robin!"

"Itu bukan masalah, Luffy. Hanya saja…"

"Hanya saja?" Luffy terlihat benar-benar bingung. Ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Robin.

"Pernahkah kau memikirkan hasilnya?"

"Hasil apa?"

Robin melemparkan senyuman yang misterius. "Lupakan saja."

ooOoo

Langit di atas mereka bersinar merah muda. Pelangi yang cantik dengan awan-awan merah muda mengelilingi seluruh pulau. Hancock pernah mendengar mengenai hal itu sebelumnya, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa kabar angin itu benar-benar nyata. Baik pepohonan dan rumputnya bahkan berwarna merah muda. Semua benda di sana berwarna merah muda, ungu cerah, dan warna-warna feminin lainnya.

"Putri Ular, kita berhasil!" suara histeris Blue Fan terdengar ke dek kapal. "Kita sudah sampai!"

"Bagus! Terus berlayar sepanjang pantai!" Hancock muncul dari ruangannya. Senyum manis tampak di wajahnya. Tidak akan ada yang mengira bahwa ia tinggal di Pulau Momoiro. Siapa yang bisa menyangka demikian? Ide Nenek Nyon selalu sinting, namun menakjubkan.

Ketika Hancock dan para prajuritnya memasuki Pulau Momoiro, mereka langsung disambut dengan senyum hangat para okama dengan wajah-wajah yang sungguh mencurigakan. Mereka sangat antusias menyambut kedatangan para Prajurit Kuja. Mungkin saja bayi-bayi mungil di tangan Hancock yang membuat kedatangan mereka disambut dengan gembira, atau mungkin fakta bahwa ratu mereka adalah tuan rumah yang luar biasa benar adanya.

Kerajaan Kamabacca adalah sebuah istana yang sangat besar, terlihat luar biasa dalam banyak arti. Seluruh istana ditata dengan gaya panggung yang dramatis, penuh bunga dan lampu panggung besar berwarna-warni. Hancock dan yang lainnya merasa sedikit takjub saat mereka berjalan masuk ke istana, diikuti oleh para pengikut Ivankov.

"Aku telah menerima surat dari Shakky dan Ray-san, yang mengatakan bahwa… YA AMPUN! APA BAYI-BAYI ITU BAYI TOPI JERAMI BOY?" sang ratu dengan kepala berukuran luar biasa besar itu tidak dapat menyembunyikan ketertarikannya ketika ia melihat bayi-bayi di pelukan Hancock. Ia berjalan dengan cepat mendekati Hancock dan Salome. "Uhmm… mereka imut-imut sekaliiii!"

"Tentu saja, mereka kan bayiku." Hancock menjawab dengan bangga. "Jadi, mana Rayleigh? Aku berharap dia sudah ada di sini ketika kami tiba…"

"Selalu ke inti pembicaraan, ya?" Ivankov mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Dia belum sampai ke sini. Sebaiknya kau jelaskan kepadaku mengenai apa yang telah terjadi di antara kau dan Pemerintah Dunia."

Emporio Ivankov adalah salah satu teman baik Luffy, jadi Hancock sangat menghargai Ratu Okama itu. Teman Luffy adalah temannya juga. Mungkin suatu saat nanti dia akan mengundang Ivankov ke pesta pernikahannya.

Hancock mengambil napas dalam-dalam, "baru-baru ini aku baru saja mendapatkan sebuah surat undangan dari Pemerintah Dunia. Mereka menginginkanku untuk mengikuti sebuah pertemuan di Mariejoa. Rasanya benar-benar tidak masuk akal…"

Hancock tidak menjelaskan kenapa dia merasa bahwa pertemuan di Mariejoa, tanah suci itu, adalah pilihan yang aneh sebagai tempat pertemuan. Ia tidak mau menceritakan bahwa ia dan para saudaranya dulu pernah tinggal di sana sebagai budak. Hal itu terlalu memalukan untuk diceritakan kepada siapapun.

"Maksudmu ada sesuatu yang aneh? Apa mereka mencurigaimu karena kau telah membava Topi Jerami Boy ke pulaumu?" Ivankov terlihat sangat terkejut. "Yah, sebenarnya hal itu cukup mustahil."

"Ada penghianat di antara kami. Penghianat brengsek itu telah menyerang para prajuritku dan kabur dengan salah satu kapal kami." Suara Hancock terdengar sangat dingin sekaligus terluka. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa ada peristiwa seperti itu di pulaunya sendiri. "Beruntunglah, Luffy sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah ini."

"Kau salah, Hancock-chan. Pertempuran dengan Vhitebeard yang lalu dan tinggalnya Luffy di pulaumu mungkin saja menarik perhatian yang lebih kepada dirimu. Adanya penghianat di antara kalian telah membuktikan hal itu."

"Apa maksud perkataanmu, Ivankov?"

"Akan terdengar jauh lebih akrab bila kau memanggilku Iva-chan."

"Iva… Iva-chan…" Hancock terbata-bata, mencoba memanggil Ivankov. Orang ini benar-benar aneh! Tapi dia kan sahabat Luffy! "Jadi apa yang kau pikirkan mengenai hal ini, Iva… Iva-chan?"

"Mereka tengah mengincarmu, dan sebagian karena hubunganmu dengan Topi Jerami Boy. Apa kau memberitahukan kabar bahwa kau telah memilki anak atau semacamnya?"

"Tentu saja tidak. Hal ini sangat pribadi bagiku. Hanya Nenek Nyon, Prajurit Kuja dan dokter saja yang tahu…"

"Bagus sekali, Hancock-chan. Itu berarti mereka hanya mengincarmu, tanpa menyadari bahwa kau sudah memiliki bayi yang lucu bersama Topi Jerami Boy. Tapi ada satu yang membuatku heran. Kenapa mereka membuat pertemuan di Mariejoa? Apa kau pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya?" Ivankov bertanya lagi. Ia tahu ada yang disembunyikan Hancock darinya. Instingnya yang berkata demikian.

Hancock langsung menjadi pucat seketika. tubuhnya mulai berkeringat dingin. "Kenapa kau menanyakan hal itu?"

Hancock sama sekali tidak ingin ada lagi yang mengetahui masa lalunya. Ia lebih baik memilih mati bila ada yang mengetahui hal itu, masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam.

"Aku takkan memaksa bila kau keberatan untuk mengatakan javabannya." Iva mendadak berkata, menunjukkan gigi besarnya yang putih cemerlang. Dia tahu ada beberapa hal yang memang jauh lebih baik untuk tetap dirahasiakan. Ia menunjuk kedua bayi kembar Hancock, "siapa nama mereka berdua?"

Para anak buah Ivankov pelan-pelan mendekati para prajurit Kuja, membandingkan diri mereka dibandingkan para wanita itu. Menurut para okama itu, kecantikan para prajurit Kuja sama sekali tidak sebanding dengan kecantikan mereka.

"Kulitmu terlihat halus sekali. Sabun macam apa yang biasa kau gunakan selama ini, Ran-chan?" tanya seorang okama yang kumisnya terlihat tumbuh kasar di wajahnya yang menyeramkan. Ran terlihat agak terganggu dengan pertanyaan itu. Si okama kembali melanjutkan aksinya, "sebenarnya, kulitmu itu akan terlihat jauh lebih bercahaya bila kau menggunakan sabun jangan-lupakan-aku."

"Kau suka bikini dari kulit ya? Di Pulau Momoiro ini kami lebih suka memakai gaun lembut sehalus sutra dengan renda-renda yang cantik daripada pakaian yang kasar begitu. Pria lebih menyukai wanita yang feminin seperti kami dan selalu tergila-gila oleh kami loh!"

"Oh, benarkah?" Rindo menjawab acuh tak acuh. Wajahnya datar. "Tidak seperti kalian, sebenarnya kami tidak begitu peduli dengan laki-laki."

"Itu pemikiran yang salah! Pria itu manis banget tahu!"

"Terutama yang terakhir itu tuh, Sanji-kyun…" seorang okama berwajah merah ikut menambahkan. Raut wajahnya tampak seperti seseorang yang telah kehilangan sesuatu yang sangat penting. "Dia sangat mengagumkan, kan? Sedih rasanya mengingat dia hanya tinggal di sini selama dua tahun."

"GYAAA? SALAH SATU DARI BAYI INI BAYI LAKI-LAKI?" Ivankov menjerit kaget sambil memegangi kedua pipinya. "SUNGGUH KEAJAIBAN!"

"Tolong jangan bersikap berlebihan," Hancock tersipu malu. "Sebenarnya aku juga tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi, tapi kami memang memiliki bayi laki-laki."

"Topi Jerami Boy pasti akan senang sekali kalau ia tahu bahva ia sudah memiliki bayi-bayi selucu ini."

"Mungkinkah begitu?" wajah Hancock terlihat semakin memerah. "Sebenarnya aku pun tidak sabar ingin Luffy tahu, tapi aku tidak ingin mengganggu Luffy saat ini. Dia sedang sibuk meraih impiannya, jadi aku takut bila… bila aku dan bayi-bayi kami akan menjadi… menjadi penghalang. Rahasiakan saja tentang kami…"

"Ufufufu, tidak seperti penampilan luarmu yang dingin, ternyata kau adalah wanita yang penuh dengan kasih-sayang, Hancock-chan." Ivankov tertawa lagi. "Topi Jerami Boy benar-benar beruntung karena dicintai olehmu."

Jauh di dalam hatinya, Hancock merasa sangat bahagia dapat bertemu dengan seseorang seperti Iva-chan.

ooOoo

Di tempat lain, di antara kedalaman gua-gua dasar laut Cabanera, Luffy sedang sibuk berekspedisi dengan gua-gua tua berumur ribuan tahun bersama Robin. Gua yang tengah mereka masuki sangatlah gelap, ditambah lagi arus dasar lautnya sangat ganas. Meskipun demikian, Robin semakin yakin bahwa arah mereka sudah benar. Pastinya ada naga menghuni tempat seperti itu. Di sisi lain, Luffy sama sekali tidak berkonsentrasi dengan naga, makhluk mistis kesukaannya. Pikirannya terganggu oleh kata-kata yang telah dikatakan oleh Robin.

"Apa tadi kau mengatakan sesuatu mengenai apa yang telah kulakukan terhadap Hancock? Apa akibat dari perbuatanku kepadanya? Apa aku telah menyakitinya? Katakan Robin!"

"Wohooo, tenanglah, Luffy." Robin tertawa mendengar reaksi Luffy. "Rupanya kau butuh waktu berjam-jam untuk menyadari perasaanmu kepada Ratu Bajak Laut itu, ya?"

"Aku hanya ingin tahu… dulu sepertinya kakek pernah mengatakan kepadaku tentang… yah, wanita dan pria kalau mereka… kau tahulah, ciuman dan berbuat begitu…"

"Membuat bayi, maksudmu?"

"Huh?" Luffy langsung tercengang saat mendengar jawaban Robin. "Membuat bayi?"

"Apa yang telah kau lakukan malam itu, Luffy, adalah proses untuk membuat bayi." Robin berkata dengan senyum lembut yang terkembang di wajahnya. "Kalau kau beruntung, kau mungkin akan menjadi seorang ayah."

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here