Kisah kali ini menceritakan mengenai Hancock dan kedua bayi kembarnya
yang terpaksa meninggalkan Pulau Perempuan.
part 3
Cuaca di Calm Belt, di Pulau
Perempuan selama enam bulan belakangan tidak pernah bagus. Petir dan gelombang
ombak besar terus menyambar-nyambar sepanjang pantai. Sementara hujan deras
turun seakan tidak pernah reda, terutama pada malam hari. Pulau Perempuan
memang merupakan salah satu pulau yang terkenal cukup berbahaya di Grand Line,
terutama dengan monster laut dan monster raksasa yang mendiami pulau-pulau
utama di sana. Meskipun demikian, suara tawa yang berasal dari kerumunan kecil
dengan berbagai kartu berwarna-warni di sekeliling mereka membuat kesan
seolah-olah tempat itu adalah tempat yang ramah pengunjung, aman untuk
didekati.
"Pilih yang biru! Ayo, bayi
laki-laki harusnya suka warna biru!" Sandersonia menyemangati bayi yang
tengah berguling ke arah lain, semakin menjauhi kartu-kartu berwarna biru. Bayi
laki-laki itu terus mendekati daerah berwarna merah menyala, membuat Hancock yang
terus mengamati langkah bayinya semakin tersenyum lebar. Sandersonia mengeluh,
"kenapa dia tidak mendengarkanku sih?"
Hancock tersenyum sinis ke arah
Sonia, "sudah kubilang bayiku hanya akan memilih warna kesukaanku.
Teruskan, nak!"
"Menurutku, bayi perempuan tuan
putri akan memilih warnya merah muda. Aku bertaruh 1000 gor, Ran."
"Baik! Lihat saja, gadis kecil
itu akan memilih cokelat, 2000 gor untuk itu, Nenek Nyon!" Ran berteriak
dengan penuh semangat. Ia memperhatikan bayi perempuan yang manis itu. Dia
benar-benar imut dan mengagumkan, pikir Ran dalam hati. "Terus!
Semangat! Semangat! Ayo Bayi!"
"Bukannya aku tidak mau ikut
taruhan, tapi aku cukup yakin bayi perempuan itu akan memilih warna ungu,"
ucap Margaret kalem. Ia masih sulit mempercayai kabar bahwa tuan putri dan
Luffy memiliki sepasang bayi kembar. Luffy pasti akan sangat bahagia saat ia
melihat bayi kembarnya, tebak Margaret lagi.
Para pendekar lainnya pun merasakan
hal yang sama dengan Margaret. Mereka ikut merasakan kebahagiaan seperti Margaret
saat mengetahui bahwa ratu mereka memiliki bayi-bayi yang lucu dari pria yang
ia cintai. Yang lebih membuat mereka bahagia adalah kemunculan bayi
laki-laki yang tidak terduga itu. Tuan putri dan Luffy memang benar-benar
pasangan yang luar biasa!
"Ambil kartu yang merah muda!
Berikanlah 3000 gor kepadaku!"
"Ngawur saja kau! Bahkan kalau
bayi perempuan tuan putri mengambil warna merah muda kau hanya mendapatkan 2000
gor tahu!"
"Aku ikutan! Belladonna
memincingkan matanya baik-baik. "Kupikir bayi itu akan memilih
oranye."
"Bayiku bukan objek judi dasar
bodoh kalian semua!" Hancock menggeram marah. Dia sangat kesal dan ingin
sekali melempar Nenek Nyon beserta semua prajurit Kuja keluar jendela, dan akan
segera melakukannya seandainya saja Mari tidak berteriak dengan lantang dari
atas lingkaran kartu itu.
"Bayi laki-laki memilih warna
merah! Dia memilih warna apel merah!"
ooOoo
Saat itu mereka sedang mengadakan
upacara pemilihan nama berdasarkan tradisi suku Kuja yang telah dijalankan
selama beberapa generasi. Para bayi ditaruh dalam dua lapis lingkaran.
Lingkaran pertama berisi kartu berwarna-warni sedangkan lingkaran kedua berisi
kartu dengan berbagai gambar bunga dan tanaman. Para bayi diharapkan
berguling-guling dan memilih baik warna maupun bunga yang pada akhirnya akan
menjadi nama mereka sendiri. Masalahnya adalah, upacara ini paling tidak
membutuhkan 10-15 orang. Hancock pun terpaksa memanggil para pendekar bajak
laut Kuja untuk melaksanakan ritual penting itu.
Sejak kedua bayinya lahir, Hancock
selalu berusaha menyembunyikan fakta bahwa dirinya telah melahirkan dan sedapat
mungkin menjauhkan bayinya dari tangan siapapun. Meskipun pada akhirnya ia
terpaksa memanggil beberapa orang-orang yang ia percayai untuk mengikuti
upacara pemilihan nama karena ia tidak menginginkan kedua bayinya mendapat
nasib buruk. Hancock bukanlah tipe wanita yang mempercayai omong kosong
mengenai nasib buruk, nasib baik, ataupun berbagai hal mistis lainnya, tapi
kali ini ia terpaksa. Dan peran serta Nenek Nyon lebih dari cukup untuk
meyakinkan Hancock untuk menjalankan upacara tersebut.
Ketika ia mengumpulkan semua pendekar
Kuja kepercayaannya dan mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka, mereka
bereaksi seolah ia telah menyerang mereka dengan kekuatan iblis buah Mero-mero.
Mereka semua membatu, tidak dapat mengatakan sepatah katapun. Meskipun begitu,
Hancock percaya para pendekar kepercayaannya ikut merasakan kebahagiaan yang
tengah ia rasakan. Jadi di sanalah mereka berkumpul, di ruang tengah istana
Kuja.
ooOoo
"apel merah?"
Kedua mata biru Hancock seketika
dipenuhi oleh kebahagiaan. Ia segera menggendong bayi kecil itu, bayi berusia
enam bulan yang menyukai apel merah. Bayinya tersenyum, menggumamkan kata-kata
yang tidak jelas dari mulut kecilnya. "Ah, jadi kau memilih apel merah, ya
sayang? Kalau begitu namamu adalah Boa Acer…"
Hancock mengelus kepala bayi
laki-lakinya dengan penuh cinta, lalu menciumnya dengan mesra. "Acer
kecilku sayang…"
Kumpulan pendekar dan Nenek Nyon
sulit mempercayai penglihatan mereka. Dengan bayi di dalam dekapan dan
pandangan penuh cinta kasih itu, Hancock terlihat seperti Bunda Maria. Mawar
merah seketika melingkupi sang ibu muda yang tengah menyayangi bayinya. Betapa
menakjubkan. Betapa cantiknya. Tuan Putri bahkan terlihat jauh lebih cantik
daripada sebelumnya. Kecantikannya mampu melelehkan hati kejam para lelaki dan
gunung salju! Oh, tuan putri, kaulah yang terbaik!
Hancock tidak mengindahkan
penggemarnya yang tengah terjangkit demam cinta dan dengan cuek memperhatikan
bayi perempuannya. "Apa yang akan ia pilih?"
Kerumunan itu ikut memperhatikan bayi
perempuan Hancock, yang masih bergulingan memilih warna yang ia sukai. Bayi itu
terlihat lucu sekali dengan pipi merah jambu yang bulat. Para wanita itu mulai
berteriak kembali dengan suara nyaring.
"Cokelat!"
"MERAH JAMBU!"
"Memangnya kalian tidak bisa
melihat bahwa dia juga menyukai warna merah seperti saudaranya?"
"Itu kuning, bodoh!"
"DIAMLAH KALIAN SEMUA!"
Hancock memotong teriakan mereka. "Kalian hanya akan mengganggu
konsentrasi bayiku!"
Seketika kerumunan itu berhenti
berteriak. Akan tetapi, setelah lima menit
berlalu maka keheningan yang mencekam itu dengan cepat menghilang karena mereka
semua mulai berteriak kembali. Hancock menyerah. Tenaganya sudah terkuras habis
dan kegilaan itu terlalu sulit untuk kembali dihentikan. Lagipula, dia pun
membutuhkan sedikit kegilaan.
Sudah enam bulan berlalu sejak Boa
Hancock melahirkan kedua bayi kembarnya, anak Luffynya yang tercinta. Dengan
keberadaan kedua bayi kembar di sisinya yang terus menangis sepanjang siang dan
malam tanpa henti, Hancock akhirnya menyadari betapa sulitnya untuk menjadi
seorang ibu yang baik. Mari dan Sonia memang ikut membantu mengasuh kedua
bayinya, namun pertolongan mereka tidaklah cukup. Terkadang, memperhatikan
semua kegilaan yang tengah berlangsung itu membuatnya tersenyum. Yah, hanya
malam ini kesempatan kalian untuk berbuat sesuka hati, nikmatilah dengan
sebaik-baiknya.
"HIJAU!" Kikyo memberikan
dukungan sepenuh hati kepada bayi kecil itu, "PILIH HIJAU!"
"MERAH MUDA!" Nenek Nyon
mungkin sudah tua renta, tetapi semangatnya tetap menyala-nyala, "DEMI
2000 GOR, PILIH MERAH MUDA!"
"Ungu! 5000 gor!" Mari ikut
serta, berteriak dengan lantang dari atas tangga. Entah karena terlalu
bersemangat atau apa, mendadak Mari kehilangan keseimbangannya di atas sana.
"AAAAHHH…!"
"HEEEIIII!"
Hampir semua orang berteriak. Mereka
sangat takut Mari akan jatuh menimpa mereka, termasuk bayi kecil itu. Wajah
Hancock pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa. Dia terlalu gugup untuk
melakukan apa-apa. Mari memang petarung yang handal, akan tetapi menjaga
keseimbangan bukanlah keahliannya. Keseimbangan adalah kelemahannya.
"MARIII!" Hancock berteriak
sambil berlari menghampiri adiknya. Ia tahu ia tidak akan sempat menahan semua
itu, apalagi dengan Acer di gendongannya. Ia kembali berteriak,
"Bayiku!"
Sial, semuanya terlambat.
Namun keberuntungan rupanya masih
melindungi bayi perempuan itu. Dengan kecepatan dan refleks yang baik, Kikyo
dan Margaret menahan tangga sebisa mereka.
"Waah!"
Para pendekar Kuja yang lain pun ikut
membantu sehingga tangga itu berhenti bergerak—menyelamatkan semua orang
terutama bayinya.
"Hati-hati, Mari-sama!"
kedua gadis itu memperingatkan Mari.
Hancock dan para pendekar lainnya
masih pucat pasi, seolah-olah darah mereka telah terkuras habis dari tubuh.
Hancock dengan cepat menguasai dirinya. Bayi perempuannya masih terus merangkak
di antara kartu-kartu warna. Syukurlah dia selamat.
"Terima kasih!" Mari
berkata dengan senang. Ia sangat lega bahwa semuanya baik-baik saja tanpa jatuh
korban.
Mariiii!" Hancock mencibir penuh
amarah, berjalan kembali ke arah Acer yang tadi sempat ditaruhnya begitu saja
tanpa pikir panjang. "Berhenti bermain-main!"
"Aku benar-benar minta maaf
kak!" Mari memohon dengan khusyuk. "Aku sama sekali tidak bermaksud
untuk…"
"Hmmph." Hancock mendesah
dengan keras. "Baiklah, lagipula tidak ada yang terluka."
Kakak telah berubah menjadi orang
yang baik,
pikir Mari. Kakaknya memiliki temperamen yang tinggi, jadi ia terbiasa
menggerutu dan mengucapkan sumpah serapah saat kesal. Semoga kakak terus
menjaga semangat berbuat baik itu selamanya.
"… Tapi lain kali kau membuat
bayiku celaka, kau akan kubunuh."
Baiklah, Hancock masih tetap sama
seperti dulu. Ia sama sekali tidak berubah.
Kerumunan itu mulai histeris dan
berisik lagi. Pada akhirnya bayi itu merangkak menuju warna merah muda, membuat
Nenek Nyon merasa di atas angin dan berteriak sekuat tenaga mendukung sumber
uangnya itu. Sayangnya bayi itu seolah bisa mendengarkan teriakan Nenek Nyon
yang keterlaluan dan berpindah arah dengan tiba-tiba. Semua orang menahan napas
ketika bayi kecil itu menyentuh warna ungu.
Mari berteriak lagi, "bayi
perempuan memilih warna magenta terang!"
"Brengsek, hilang lenyap 1000
gor milikku."
"Sama nih."
"Jadi, apa nama yang cocok
untuknya?" Sonia melihat ke arah Hancock dengan penasaran. Saat itu
Hancock sibuk membuka buku paduan kuno, mencari nama di bagian magenta terang.
Wajahnya langsung berubah saat ia menemukan nama yang cocok untuk bayi Luffy
itu.
"Fuchsia. Nama yang cocok untuk
bayiku yang cantik adalah Boa Fuchsia…"
"Itu nama yang sangat indah,
tuan putri. Kurasa aku harus pergi…, Nenek Nyon melangkah keluar kamar, tetapi
Ran dan para prajurit Kuja lainnya dengan cepat menahan langkah Nenek Nyon.
"kau berhutang 2000 gor kepada
kami, Nenek Nyon."
"Tolong kasihani nenyek tua yang
bangkrut ini." Nenek Nyon berusaha melepaskan dirinya dari cekalan para
prajurit muda itu. "Aku benar-benar tidak punya uang."
"Jangan bohong! Kau baru saja
membeli pencuci piring otomatis minggu lalu!"
"YEY! Kita kelitik Nenek
Nyon!"
"GYAAAH!"
Kerumunan Bajak Laut Kuja dan para
penghuni istana tertawa-tawa dan bermain sepanjang malam. Mereka sangat senang
bisa menghabiskan waktu di Istana Kuja.
Setelah dua jam yang menggila, satu
demi satu para pendekar pamit pulang. Baik Sonia dan Mari pun akhirnya pergi ke
kamar masing-masing. Hancock berjalan dengan pelan sambil menggendong kedua
bayinya ke arah kamarnya. Selama berbulan-bulan tidak pernah ia merasa sesenang
itu.
Sang Ratu Bajak Laut mendesah di
dekat jendela kamarnya, memandangi bintang yang bersinar terang di atas sana.
Mungkin memberitahukan kabar dirinya dan bayinya kepada para pendekar Kuja
bukanlah ide yang buruk. Dia menyadari bahwa dirinya terlalu rapuh untuk
menyimpan rahasia itu sendirian dan ia pun ingin sekali memberitahukan kepada
seluruh dunia bahwa Luffy dan dirinya adalah sepasang kekasih, dengan sepasang
bayi kecil milik mereka yang lucu dan menggemaskan.
Hancock pun sadar bayinya membutuhkan
pengajar, dokter, dan lain-lain. Mereka membutuhkan semua hal terbaik yang
dapat ia berikan. Hancock menggigit bibirnya. Ia juga membutuhkan bantuan, baik
secara emosi dan tenaga. Dia pun harus memimpin negaranya. Dia juga tidak bisa
tidak mempedulikan fakta bahwa dirinya adalah salah satu shichibukai yang harus
menghadiri berbagai pertemuan dengan pemerintah sehingga terkadang ia
meninggalkan kedua bayinya.
Hancock percaya bahwa para pendekar
Kuja akan menjaga rahasianya. Mereka pasti menyadari bahwa kabar mengenai
keberadaan anak Luffy sangatlah berbahaya. Dalam waktu enam bulan belakangan
ini Luffy telah menjadi salah satu buronan yang paling berbahaya. Pemerintah
Dunia tidak mempedulikan berbagai kasus yang telah diselesaikan dan buronan
yang disingkirkan oleh kru Topi Jerami dan bahkan terus meningkatkan jumlah
nilai buronan mereka.
Luffy, betapa aku merindukanmu…
Mengapa dunia ini begitu kejam, mampu memisahkan dua insan yang saling
mencintai. Aku benar-benar ingin melihatmu, mengatakan bahwa aku sangat
merindukanmu, betapa dirimu sangat berarti bagiku…
Bertemu dengan Luffy berarti masalah,
dan Hancock tidak ingin membebani Luffy. Itulah mengapa dia hanya bisa tinggal
di Kuja dan menunggu sampai Luffy datang dan menengoknya dengan penuh
kesabaran. Dia akan terus menunggu sampai Luffy memenuhi janji mereka untuk
bertemu kembali. Saat ini pria yang paling dikasihinya sedang sibuk menaklukan
dunia, meraih impiannya untuk menjadi Raja Bajak Laut. Dia mengetahui hal itu.
Dia selalu mengetahui hal itu dengan
baik.
Itulah sebabnya mengapa dia tidak
bisa memberitahukan Luffy mengenai dirinya dan bayi mereka berdua, Acer dan
Fuchsia. Yah, Luffy pasti sangat gembira saat ia tahu bahwa kedua bayinya
tumbuh menjadi anak yang sehat dan sempurna. Nantinya dia pasti akan melamarku.
Kami semua akan hidup bahagia selama-lamanya. Aku percaya hari itu akan tiba.
Aku selalu mempercayai hal itu. Benarkan, Luffy?
ooOoo
Udara yang panas menjadi masalah yang
cukup serius di tengah laut, terutama di New World. Para anggota Topi Jerami
masih saja bergulat dengan masalah para bajak laut baru yang sekedar ingin
terkenal dengan cara mengambil kepala mereka, terutama kepala Luffy.
Beruntunglah Sanji karena posternya tidak pernah tersebar, namun ia tentu saja
sibuk menolong kawan-kawan seperjalanannya.
Semuanya berjalan cukup lancar. Para
kawanan Topi Jerami tengah bersantai di Thousand Sunny, siap berlayar ke pulau
selanjutnya. Log post yang berada di tangan Nami menunjukkan pulau
dengan suhu tinggi, jadi mereka sibuk mendinginkan diri dengan es atau tidak
banyak bergerak agar suhu tubuh mereka tetap rendah.
Luffy baru saja selesai mandi,
perbuatan yang hanya ia lakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali, ketika
Usopp tengah menantinya di depan pintu kamarnya. Senyum lebar terkembang di
wajah sang kapten, "mau mandi? Yaudah sana!"
"Tidak kok! Luffy, aku boleh
bertanya sesuatu tidak?" Usopp berbisik begitu pelan seolah-olah ia tidak
ingin ada seorangpun yang boleh tahu mengenai topik yang ia bicarakan.
"Katakan, siapa wanita yang cantik jelita ini?"
Luffy sangat terkejut saat melihat
foto Hancock yang sangat seksi yang disodorkan Usopp kepadanya. Hancock
setengah telanjang di foto itu, dan Luffy langsung mengenali potongan penne
gorgonzola di belakang Hancock.
"Apa? Hancock!"
"STTT!" Usopp langsung
menutup mulut Luffy dengan tangannya. "Diamlah, Luffy! Aku tidak mau Sanji
mendengar percakapan kita mengenai Hancock… eh? Ini Hancock wanita paling
cantik sedunia itu!"
"Tentu saja itu Hancock! Aku tak
mungkin salah mengenali orang! Aku menghabiskan dua tahun di pulaunya!"
"AKU BILANG DIAM, BODOH! AKU
TAHU KAU MENGHABISKAN DUA TAHUN DI PULAU PEREMPUAN!" Usopp marah sekali
sampai dia tidak menyadari bahwa dia jauh lebih berisik dibandingkan Luffy.
Dengan cepat ia memasukkan foto itu dalam sakunya. "Omong-omong, ini
kamera milikmu. Makasih ya!"
"Huh? Jadi kau mendapatkan foto
itu dari kameraku?"
Usopp tertawa malu-malu. Dia berkata
dengan pelan, "habis kau selalu menyimpan kamera di sakumu, jadi aku
penasaran. Sudah berbulan-bulan ini aku penasaran sih, jadi waktu kau mandi aku
ambil dan isinya langsung kucetak. Tidak sangka ada foto berharga di dalamnya…
harusnya kau bilang padaku sejak dulu."
"Jadi kau mendapatkan foto itu
dari kameraku?"
Usopp membalas dengan kesal, "
tadi sudah kubilang iya, tolol! Iya, aku mengambilnya dari kameramu. Katakan
bagaimana aku bisa menghubungi wanita ini? EEEHH…! Kok kau bisa punya foto Ratu
Bajak Laut di kameramu sih?"
Mendadak, sang koki pirang muncul di
belakang mereka. "Aku mencium bau konspirasi kecil-kecilan di sini!
Katakan! Apa yang tengah kalian bicarakan, hah?"
"SIALAN! SANJI!" Usopp
langsung mematung menyadari Sanji seketika berada di belakangnya. "Tidak
ada apa-apa kok!"
"Dasar pembual! Tadi jelas
kulihat kalian berdua sedang mendebatkan sebuah foto kan? Biar kulihat foto
macam apa yang… APAAAA? WHOOOAAAAA!"
Hanya dengan menatap foto Hancock
yang sangat seksi, Sanji langsung mendapatkan serangan mimisan yang serius.
Darah mengalir deras dari hidungnya, membuatnya kehilangan kesadaran dalam
sekejap. Sebenarnya, penyakit mimisan akut yang diderita koki mata keranjang
itu sudah sepenuhnya sembuh di pulau Manusia Ikan. Masalahnya, wanita di foto
itu adalah Hancock. Dan ia setengah telanjang.
"SANJI!" baik Luffy dan
Usopp dengan cepat mencari Chopper demi Sanji. "CHOPPER! SANJI DAPAT
SERANGAN MIMISAN AKUT LAGI NIH!"
Chopper dan Nami segera memasuki
ruangan tempat terjadinya peristiwa berdarah itu. Wajah Chopper langsung pucat
saat ia menyadari banyaknya darah yang terbuang di lantai.
"Ada apa dengannya?" jerit
Chopper yang merasa khawatir. "Tolong bantu aku untuk memindahkan
tubuhnya! Kenapa hal ini bisa terjadi lagi? Kita harus secepatnya mencari darah
untuk Sanji!"
Nami menggeleng dengan segan, lalu
bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "kali ini wanita yang mana? Kok aku
sama sekali tidak melihat siapa-siapa di sini?"
Luffy dan Usopp sama sekali tidak
memberikan respons apapun dan segera menolong Chopper. Dengan cekatan keduanya
membawa tubuh Sanji yang nyaris tidak bernyawa ke ruang perawatan.
"Kupikir mimisannya sudah
sembuh," cetus Chopper.
Usopp langsung menjawab tanpa
segelintir rasa bersalah dalam suaranya. "Naaah, Sanji hanya kembali ke
kebiasaan lamanya kok."
Hari itu para kru memutuskan untuk
berlabuh ke pulau terdekat demi mencari transfusi darah untuk Sanji. Chopper
benar-benar khawatir. Ia langsung memutuskan bahwa Sanji harus mendapatkan sesi
terapi untuk mimisan akut yang tengah dideritanya. Waktu cepat sekali berjalan.
Malam hari telah tiba saat semua situasi membaik. Beruntunglah mereka karena
berhasil mendapatkan donor darah yang cocok untuk Sanji di pulau Cabanera.
Setelah beberapa saat, Luffy bertanya
lagi, "Apa kau mendapatkan foto itu dari kameraku?"
Pertanyaan itu membuat semua stok
kesabaran Usopp hilang lenyap seketika. "KAU TELAH MENANYAKAN HAL ITU TIGA
KALI, LUFFY! YA, AKU TELAH MENGAMBIL FOTO ITU DARi KAMERAMU! DASAR KAU TOLOL!
KENAPA MENANYAKAN HAL YANG SAMA TERUS- MENERUS, HAH?"
Luffy memukul jidatnya, "ah!
Kalau begitu itu bukan mimpi dong! Aku benar-benar melakukannya sama dia!"
Nami dan Franky yang tengah berdiri
di dekat kedua cowok itu menyadari sesuatu yang menarik sedang terjadi di
antara mereka.
"Apanya yang bukan mimpi?"
tanya Franky yang tanpa diduga langsung bersemangat dengan situasi yang tidak
disangka-sangka itu. "Kau habis melakukan apa, Luffy?"
Luffy menjawab dengan tegas, "kurasa
aku telah menghabiskan satu malam dengan Hancock."
DOOOOOONG!
Semuanya terkesima saat mendengar
pengakuan kapten mereka. Kapten mereka baru saja mengakui bahwa ia telah
menghabiskan satu malam bersama seorang wanita, dan wanita itu tidak lain dan
tidak bukan adalah Boa Hancock, sang Ratu Bajak Laut. Bagaimanapun,
menghabiskan satu malam bisa berarti apa saja, bukan? Lagipula Kapten mereka
kan kapten yang terbilang bodoh.
Franky mendadak tersenyum nakal. Ia
membuat gerakan provokatif dengan kedua tangan bajanya. "Maksudmu
melakukan hal ini?"
Luffy mengangguk.
"TIIIIDAAAAAKKK
MUNGKIIIIIIIIN!" Nami dan Usopp menjerit lantang, membuat Zoro terbangun
sejenak sebelum melanjutkan tidurnya kembali. Robin hanya tersenyum kalem di
kamarnya, lalu ia kembali berkonsentrasi dengan novelnya.
"Ayolah!" Usopp memukul
punggung Luffy sambil tersenyum lebar. "Tidak mungkin! Orang sepertimu
butuh jutaan tahun untuk berevolusi menjadi pria dewasa!"
Franky langsung mengambil tape kecil
dari dalam celana dalamnya, lalu menyetel video porno. Ia berteriak,
"SUPPERRR! Apa yang kau lakukan seperti ini, Luffy?"
Di video itu terlihat sepasang aktris
dan aktor porno sedang beraksi, bercinta dengan sangat panas. Kedua alat
kelamin mereka bersatu dan terlihat dengan jelas di video. Keduanya terus
mendesah dengan penuh gairah dan gaya mereka semakin lama semakin sensasional.
Usopp dan Nami menghela napas. Dasar cyborg
porno yang narsis!
"Apa kau melakukan hal yang
seperti ini pada malam itu?"
Dalam benak Luffy, ia dapat melihat
tubuh telanjang Hancock yang siap menerima dirinya. Malam itu bagaikan video,
memutar dengan cepat di kepalanya. Hancock tersenyum ketika ia memanggil
namanya. Wanita itu menahan napas saat ia berguling di atas tubuhnya. Luffy
dapat mengingat dengan jelas ketika ia menyatukan tubuh mereka, lalu terus dan
terus bergerak semakin dalam dan semakin cepat saat Hancock mendesah dan
memanggil namanya. Ia menyukai hal itu dan kembali menciumnya.
Ya, dia telah melakukannya.
Dan itu bukanlah sekedar mimpi.
"FRANKY! Bisa tidak sih kau
matikan video itu dan memastikan bahwa benda tabu begitu tetap berada di dalam
celanamu?" Nami memperingatkan Franky dengan marah. "Dia kan Luffy!
Dia tidak mungkin melakukan hal yang…"
"Aku melakukan itu kok. Rasanya
tidak sesakit yang terlihat loh."
Sekali lagi, semuanya menatap Luffy
dengan pandangan tidak percaya.
"Kau tidak mungkin tidur… dengan
dia?" Usopp menunjukkan foto Hancock ke semua kru. Franky dan Nami melihat
wanita tercantik dalam foto itu, berbaring setengah telanjang. Keduanya tidak
percaya bahwa dagu mereka akan jatuh menyentuh lantai saking terkejutnya, namun
saat itu keduanya benar-benar langsung menjatuhkan dagu mereka ke lantai.
"EEEEHHHH—?"
ooOoo
Di Istana Kuja, Hancock menerima
sebuah surat panggilan dari Pemerintah Dunia. Mereka memanggilnya untuk ikut
serta dalam sebuah pertemuan di Holy Land di Mariejoa. Hancock dapat merasakan
ada hal yang aneh di sana. Mereka tidak pernah mengadakan pertemuan di sana.
Hancock sangat merasa khawatir mengenai hal itu. Biasanya para bajak laut
mengadakan pertemuan di Marinefold. Segalanya terasa janggal.
Nenek Nyon muncul tiba-tiba seperti
biasanya, membaca surat yang ditujukan untuk Hancock dengan hati-hati. Ia
menanyakan apa saja yang Hancock lakukan di Impel Down dan Marinefold waktu itu.
Nenek Nyon bertanya dengan sedetail mungkin dan hal itu menyulut amarah
Hancock. Ia menjawab pertanyaan Nenek Nyon dengan kesal.
"Apa yang anda lakukan di sana,
tuan putri? Apa mereka mencurigaimu?"
Hancock langsung mengibaskan
tangannya dengan marah, "jangan bertanya mengenai hal yang tolol begitu!
Seandainya mereka mencurigaiku sejak dulu, mereka sudah akan menyerang kita
dalam jangka dua setengah tahun ini! Mereka seharusnya sudah menangkap Luffy
bertahun-tahun lalu!"
"Hmmm…"
Untuk beberapa saat, tidak ada
seorangpun yang mampu berbicara.
Hancock berharap pertemuan yang akan
datang hanya akan membahas mengenai shichibukai pengganti atau hal lainnya.
Sejak kematian Whitebeard, situasi di laut terus memanas. Dia mencoba untuk
terus berpikir dengan jernih. Tenanglah Hancock.
Mari dan Sonia menghambur ke dalam
peraduan Hancock, "aku harus melaporkan sesuatu, kakak! Salah satu kapal
kita menghilang! Tidak ada yang tahu siapa yang melakukannya, namun Margaret
dan Kikyo diserang."
Wajah Hancock langsung berubah pucat.
Pikiran yang paling buruk memasuki kepalanya. Penghianat…
Ada penghianat di antara mereka.
Sudah berapa lama hal ini terjadi?
Kenapa?
Apa yang salah?
"Aku harus—aku harus? Nenek
Nyon, apa yang sebaiknya kulakukan?" Hancock benar-benar pusing. Seketika
ia berada dalam bencana besar. Bayi kembarnya. Keselamatan bayinya dalam
ancaman…
"Apa yang harus kulakukan?"
ulang Hancock. "APA YANG SEBENARNYA TERJADI?"
Nenek Nyon menggelengkan kepalanya.
Sejenak ia memperhatikan kedua bayi yang tidak berdosa itu, lalu kedua matanya
berpindah menatap Hancock. Mereka berada dalam bahaya. Mereka harus segera
pergi dan bersembunyi. Sonia dan Mari pun ikut bingung. Keduanya tidak sanggup
berkata apa-apa.
Hancock menggigit bibirnya. Ia merasa
sangat putus asa. Luffy, apa yang harus kulakukan?
Nenek Nyon berkata perlahan-lahan,
"jalan terbaik untuk masalah ini adalah mengabarkan mereka bahwa anda
sedang pergi berlayar ke suatu tempat. Anda harus meninggalkan kerajaan ini,
tuan putri. Anda dan kedua bayi anyda harus meninggalkan tempat ini dengan
segera. Putri Sonyia dan saya yang akan menjaga kerajaan ini."
"Meninggalkan tempat ini?"
Mereka semua terdiam sesaat, tak
mampu berkata sepatah katapun.
"Ya, kupikir aku harus
pergi…"
"Temuilah Rayleigh dan katakan
semua masalah ini kepadanya. Dia akan melakukan apa saja untuk menolong anda.
Dia akan memastikan semuanya berjalan lancar," kata Nenek Nyon dengan
wajah sedih. "Cepatlah, siapkan semuanya dan tinggalkan tempat ini. Ajak para
prajurit kita untuk menemani perjalanan anda, tuan putri…"
Hancock mengangguk sambil menangis
pelan. "Kumohon, jagalah kerajaan ini, Sonia, Mari… Nenek Nyon…"
Kemudian, setelah berkata begitu,
Hancock siap untuk berlayar dengan kedua bayinya. Ia harus menyelamatkan
dirinya dan juga kedua bayi kecilnya tercinta. Luffy, andai kau berada di
sini bersamaku… oh, aku tak pernah setakut ini…
ooOoo
Di tempat lain, di tengah lautan,
Luffy terus memperhatikan foto Hancock yang telah ia rebut secara paksa dari
Usopp. Luffy mendesah, "aku takkan menikahimu, Hancock. Tidak sekarang…."
Sementara di atas langit sana, ribuan
bintang bersinar dengan terang.
No comments:
Post a Comment