Hancock-Luffy love 3 - balaghy

Temukan informasimu di sini

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, 26 February 2013

Hancock-Luffy love 3



Kisah kali ini menceritakan mengenai Hancock dan kedua bayi kembarnya
yang terpaksa meninggalkan Pulau Perempuan.
part 3

Cuaca di Calm Belt, di Pulau Perempuan selama enam bulan belakangan tidak pernah bagus. Petir dan gelombang ombak besar terus menyambar-nyambar sepanjang pantai. Sementara hujan deras turun seakan tidak pernah reda, terutama pada malam hari. Pulau Perempuan memang merupakan salah satu pulau yang terkenal cukup berbahaya di Grand Line, terutama dengan monster laut dan monster raksasa yang mendiami pulau-pulau utama di sana. Meskipun demikian, suara tawa yang berasal dari kerumunan kecil dengan berbagai kartu berwarna-warni di sekeliling mereka membuat kesan seolah-olah tempat itu adalah tempat yang ramah pengunjung, aman untuk didekati.

"Pilih yang biru! Ayo, bayi laki-laki harusnya suka warna biru!" Sandersonia menyemangati bayi yang tengah berguling ke arah lain, semakin menjauhi kartu-kartu berwarna biru. Bayi laki-laki itu terus mendekati daerah berwarna merah menyala, membuat Hancock yang terus mengamati langkah bayinya semakin tersenyum lebar. Sandersonia mengeluh, "kenapa dia tidak mendengarkanku sih?"
Hancock tersenyum sinis ke arah Sonia, "sudah kubilang bayiku hanya akan memilih warna kesukaanku. Teruskan, nak!"

"Menurutku, bayi perempuan tuan putri akan memilih warnya merah muda. Aku bertaruh 1000 gor, Ran."
"Baik! Lihat saja, gadis kecil itu akan memilih cokelat, 2000 gor untuk itu, Nenek Nyon!" Ran berteriak dengan penuh semangat. Ia memperhatikan bayi perempuan yang manis itu. Dia benar-benar imut dan mengagumkan, pikir Ran dalam hati. "Terus! Semangat! Semangat! Ayo Bayi!"

"Bukannya aku tidak mau ikut taruhan, tapi aku cukup yakin bayi perempuan itu akan memilih warna ungu," ucap Margaret kalem. Ia masih sulit mempercayai kabar bahwa tuan putri dan Luffy memiliki sepasang bayi kembar. Luffy pasti akan sangat bahagia saat ia melihat bayi kembarnya, tebak Margaret lagi.

Para pendekar lainnya pun merasakan hal yang sama dengan Margaret. Mereka ikut merasakan kebahagiaan seperti Margaret saat mengetahui bahwa ratu mereka memiliki bayi-bayi yang lucu dari pria yang ia cintai. Yang lebih membuat mereka bahagia adalah kemunculan bayi laki-laki yang tidak terduga itu. Tuan putri dan Luffy memang benar-benar pasangan yang luar biasa!

"Ambil kartu yang merah muda! Berikanlah 3000 gor kepadaku!"
"Ngawur saja kau! Bahkan kalau bayi perempuan tuan putri mengambil warna merah muda kau hanya mendapatkan 2000 gor tahu!"

"Aku ikutan! Belladonna memincingkan matanya baik-baik. "Kupikir bayi itu akan memilih oranye."
"Bayiku bukan objek judi dasar bodoh kalian semua!" Hancock menggeram marah. Dia sangat kesal dan ingin sekali melempar Nenek Nyon beserta semua prajurit Kuja keluar jendela, dan akan segera melakukannya seandainya saja Mari tidak berteriak dengan lantang dari atas lingkaran kartu itu.
"Bayi laki-laki memilih warna merah! Dia memilih warna apel merah!"

ooOoo

Saat itu mereka sedang mengadakan upacara pemilihan nama berdasarkan tradisi suku Kuja yang telah dijalankan selama beberapa generasi. Para bayi ditaruh dalam dua lapis lingkaran. Lingkaran pertama berisi kartu berwarna-warni sedangkan lingkaran kedua berisi kartu dengan berbagai gambar bunga dan tanaman. Para bayi diharapkan berguling-guling dan memilih baik warna maupun bunga yang pada akhirnya akan menjadi nama mereka sendiri. Masalahnya adalah, upacara ini paling tidak membutuhkan 10-15 orang. Hancock pun terpaksa memanggil para pendekar bajak laut Kuja untuk melaksanakan ritual penting itu.

Sejak kedua bayinya lahir, Hancock selalu berusaha menyembunyikan fakta bahwa dirinya telah melahirkan dan sedapat mungkin menjauhkan bayinya dari tangan siapapun. Meskipun pada akhirnya ia terpaksa memanggil beberapa orang-orang yang ia percayai untuk mengikuti upacara pemilihan nama karena ia tidak menginginkan kedua bayinya mendapat nasib buruk. Hancock bukanlah tipe wanita yang mempercayai omong kosong mengenai nasib buruk, nasib baik, ataupun berbagai hal mistis lainnya, tapi kali ini ia terpaksa. Dan peran serta Nenek Nyon lebih dari cukup untuk meyakinkan Hancock untuk menjalankan upacara tersebut.

Ketika ia mengumpulkan semua pendekar Kuja kepercayaannya dan mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka, mereka bereaksi seolah ia telah menyerang mereka dengan kekuatan iblis buah Mero-mero. Mereka semua membatu, tidak dapat mengatakan sepatah katapun. Meskipun begitu, Hancock percaya para pendekar kepercayaannya ikut merasakan kebahagiaan yang tengah ia rasakan. Jadi di sanalah mereka berkumpul, di ruang tengah istana Kuja.
ooOoo

"apel merah?"
Kedua mata biru Hancock seketika dipenuhi oleh kebahagiaan. Ia segera menggendong bayi kecil itu, bayi berusia enam bulan yang menyukai apel merah. Bayinya tersenyum, menggumamkan kata-kata yang tidak jelas dari mulut kecilnya. "Ah, jadi kau memilih apel merah, ya sayang? Kalau begitu namamu adalah Boa Acer…"

Hancock mengelus kepala bayi laki-lakinya dengan penuh cinta, lalu menciumnya dengan mesra. "Acer kecilku sayang…"

Kumpulan pendekar dan Nenek Nyon sulit mempercayai penglihatan mereka. Dengan bayi di dalam dekapan dan pandangan penuh cinta kasih itu, Hancock terlihat seperti Bunda Maria. Mawar merah seketika melingkupi sang ibu muda yang tengah menyayangi bayinya. Betapa menakjubkan. Betapa cantiknya. Tuan Putri bahkan terlihat jauh lebih cantik daripada sebelumnya. Kecantikannya mampu melelehkan hati kejam para lelaki dan gunung salju! Oh, tuan putri, kaulah yang terbaik!

Hancock tidak mengindahkan penggemarnya yang tengah terjangkit demam cinta dan dengan cuek memperhatikan bayi perempuannya. "Apa yang akan ia pilih?"

Kerumunan itu ikut memperhatikan bayi perempuan Hancock, yang masih bergulingan memilih warna yang ia sukai. Bayi itu terlihat lucu sekali dengan pipi merah jambu yang bulat. Para wanita itu mulai berteriak kembali dengan suara nyaring.

"Cokelat!"

"MERAH JAMBU!"

"Memangnya kalian tidak bisa melihat bahwa dia juga menyukai warna merah seperti saudaranya?"

"Itu kuning, bodoh!"

"DIAMLAH KALIAN SEMUA!" Hancock memotong teriakan mereka. "Kalian hanya akan mengganggu konsentrasi bayiku!"

Seketika kerumunan itu berhenti berteriak. Akan tetapi, setelah lima menit berlalu maka keheningan yang mencekam itu dengan cepat menghilang karena mereka semua mulai berteriak kembali. Hancock menyerah. Tenaganya sudah terkuras habis dan kegilaan itu terlalu sulit untuk kembali dihentikan. Lagipula, dia pun membutuhkan sedikit kegilaan.

Sudah enam bulan berlalu sejak Boa Hancock melahirkan kedua bayi kembarnya, anak Luffynya yang tercinta. Dengan keberadaan kedua bayi kembar di sisinya yang terus menangis sepanjang siang dan malam tanpa henti, Hancock akhirnya menyadari betapa sulitnya untuk menjadi seorang ibu yang baik. Mari dan Sonia memang ikut membantu mengasuh kedua bayinya, namun pertolongan mereka tidaklah cukup. Terkadang, memperhatikan semua kegilaan yang tengah berlangsung itu membuatnya tersenyum. Yah, hanya malam ini kesempatan kalian untuk berbuat sesuka hati, nikmatilah dengan sebaik-baiknya.

"HIJAU!" Kikyo memberikan dukungan sepenuh hati kepada bayi kecil itu, "PILIH HIJAU!"

"MERAH MUDA!" Nenek Nyon mungkin sudah tua renta, tetapi semangatnya tetap menyala-nyala, "DEMI 2000 GOR, PILIH MERAH MUDA!"

"Ungu! 5000 gor!" Mari ikut serta, berteriak dengan lantang dari atas tangga. Entah karena terlalu bersemangat atau apa, mendadak Mari kehilangan keseimbangannya di atas sana. "AAAAHHH…!"

"HEEEIIII!"

Hampir semua orang berteriak. Mereka sangat takut Mari akan jatuh menimpa mereka, termasuk bayi kecil itu. Wajah Hancock pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa. Dia terlalu gugup untuk melakukan apa-apa. Mari memang petarung yang handal, akan tetapi menjaga keseimbangan bukanlah keahliannya. Keseimbangan adalah kelemahannya.

"MARIII!" Hancock berteriak sambil berlari menghampiri adiknya. Ia tahu ia tidak akan sempat menahan semua itu, apalagi dengan Acer di gendongannya. Ia kembali berteriak, "Bayiku!"
Sial, semuanya terlambat.

Namun keberuntungan rupanya masih melindungi bayi perempuan itu. Dengan kecepatan dan refleks yang baik, Kikyo dan Margaret menahan tangga sebisa mereka.

"Waah!"

Para pendekar Kuja yang lain pun ikut membantu sehingga tangga itu berhenti bergerak—menyelamatkan semua orang terutama bayinya.

"Hati-hati, Mari-sama!" kedua gadis itu memperingatkan Mari.

Hancock dan para pendekar lainnya masih pucat pasi, seolah-olah darah mereka telah terkuras habis dari tubuh. Hancock dengan cepat menguasai dirinya. Bayi perempuannya masih terus merangkak di antara kartu-kartu warna. Syukurlah dia selamat.

"Terima kasih!" Mari berkata dengan senang. Ia sangat lega bahwa semuanya baik-baik saja tanpa jatuh korban.

Mariiii!" Hancock mencibir penuh amarah, berjalan kembali ke arah Acer yang tadi sempat ditaruhnya begitu saja tanpa pikir panjang. "Berhenti bermain-main!"

"Aku benar-benar minta maaf kak!" Mari memohon dengan khusyuk. "Aku sama sekali tidak bermaksud untuk…"

"Hmmph." Hancock mendesah dengan keras. "Baiklah, lagipula tidak ada yang terluka."

Kakak telah berubah menjadi orang yang baik, pikir Mari. Kakaknya memiliki temperamen yang tinggi, jadi ia terbiasa menggerutu dan mengucapkan sumpah serapah saat kesal. Semoga kakak terus menjaga semangat berbuat baik itu selamanya.

"… Tapi lain kali kau membuat bayiku celaka, kau akan kubunuh."

Baiklah, Hancock masih tetap sama seperti dulu. Ia sama sekali tidak berubah.
Kerumunan itu mulai histeris dan berisik lagi. Pada akhirnya bayi itu merangkak menuju warna merah muda, membuat Nenek Nyon merasa di atas angin dan berteriak sekuat tenaga mendukung sumber uangnya itu. Sayangnya bayi itu seolah bisa mendengarkan teriakan Nenek Nyon yang keterlaluan dan berpindah arah dengan tiba-tiba. Semua orang menahan napas ketika bayi kecil itu menyentuh warna ungu.

Mari berteriak lagi, "bayi perempuan memilih warna magenta terang!"

"Brengsek, hilang lenyap 1000 gor milikku."

"Sama nih."

"Jadi, apa nama yang cocok untuknya?" Sonia melihat ke arah Hancock dengan penasaran. Saat itu Hancock sibuk membuka buku paduan kuno, mencari nama di bagian magenta terang. Wajahnya langsung berubah saat ia menemukan nama yang cocok untuk bayi Luffy itu.

"Fuchsia. Nama yang cocok untuk bayiku yang cantik adalah Boa Fuchsia…"

"Itu nama yang sangat indah, tuan putri. Kurasa aku harus pergi…, Nenek Nyon melangkah keluar kamar, tetapi Ran dan para prajurit Kuja lainnya dengan cepat menahan langkah Nenek Nyon.

"kau berhutang 2000 gor kepada kami, Nenek Nyon."

"Tolong kasihani nenyek tua yang bangkrut ini." Nenek Nyon berusaha melepaskan dirinya dari cekalan para prajurit muda itu. "Aku benar-benar tidak punya uang."

"Jangan bohong! Kau baru saja membeli pencuci piring otomatis minggu lalu!"

"YEY! Kita kelitik Nenek Nyon!"

"GYAAAH!"

Kerumunan Bajak Laut Kuja dan para penghuni istana tertawa-tawa dan bermain sepanjang malam. Mereka sangat senang bisa menghabiskan waktu di Istana Kuja.

Setelah dua jam yang menggila, satu demi satu para pendekar pamit pulang. Baik Sonia dan Mari pun akhirnya pergi ke kamar masing-masing. Hancock berjalan dengan pelan sambil menggendong kedua bayinya ke arah kamarnya. Selama berbulan-bulan tidak pernah ia merasa sesenang itu.

Sang Ratu Bajak Laut mendesah di dekat jendela kamarnya, memandangi bintang yang bersinar terang di atas sana. Mungkin memberitahukan kabar dirinya dan bayinya kepada para pendekar Kuja bukanlah ide yang buruk. Dia menyadari bahwa dirinya terlalu rapuh untuk menyimpan rahasia itu sendirian dan ia pun ingin sekali memberitahukan kepada seluruh dunia bahwa Luffy dan dirinya adalah sepasang kekasih, dengan sepasang bayi kecil milik mereka yang lucu dan menggemaskan.

Hancock pun sadar bayinya membutuhkan pengajar, dokter, dan lain-lain. Mereka membutuhkan semua hal terbaik yang dapat ia berikan. Hancock menggigit bibirnya. Ia juga membutuhkan bantuan, baik secara emosi dan tenaga. Dia pun harus memimpin negaranya. Dia juga tidak bisa tidak mempedulikan fakta bahwa dirinya adalah salah satu shichibukai yang harus menghadiri berbagai pertemuan dengan pemerintah sehingga terkadang ia meninggalkan kedua bayinya.

Hancock percaya bahwa para pendekar Kuja akan menjaga rahasianya. Mereka pasti menyadari bahwa kabar mengenai keberadaan anak Luffy sangatlah berbahaya. Dalam waktu enam bulan belakangan ini Luffy telah menjadi salah satu buronan yang paling berbahaya. Pemerintah Dunia tidak mempedulikan berbagai kasus yang telah diselesaikan dan buronan yang disingkirkan oleh kru Topi Jerami dan bahkan terus meningkatkan jumlah nilai buronan mereka.

Luffy, betapa aku merindukanmu… Mengapa dunia ini begitu kejam, mampu memisahkan dua insan yang saling mencintai. Aku benar-benar ingin melihatmu, mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu, betapa dirimu sangat berarti bagiku…

Bertemu dengan Luffy berarti masalah, dan Hancock tidak ingin membebani Luffy. Itulah mengapa dia hanya bisa tinggal di Kuja dan menunggu sampai Luffy datang dan menengoknya dengan penuh kesabaran. Dia akan terus menunggu sampai Luffy memenuhi janji mereka untuk bertemu kembali. Saat ini pria yang paling dikasihinya sedang sibuk menaklukan dunia, meraih impiannya untuk menjadi Raja Bajak Laut. Dia mengetahui hal itu.

Dia selalu mengetahui hal itu dengan baik.

Itulah sebabnya mengapa dia tidak bisa memberitahukan Luffy mengenai dirinya dan bayi mereka berdua, Acer dan Fuchsia. Yah, Luffy pasti sangat gembira saat ia tahu bahwa kedua bayinya tumbuh menjadi anak yang sehat dan sempurna. Nantinya dia pasti akan melamarku. Kami semua akan hidup bahagia selama-lamanya. Aku percaya hari itu akan tiba. Aku selalu mempercayai hal itu. Benarkan, Luffy?

ooOoo

Udara yang panas menjadi masalah yang cukup serius di tengah laut, terutama di New World. Para anggota Topi Jerami masih saja bergulat dengan masalah para bajak laut baru yang sekedar ingin terkenal dengan cara mengambil kepala mereka, terutama kepala Luffy. Beruntunglah Sanji karena posternya tidak pernah tersebar, namun ia tentu saja sibuk menolong kawan-kawan seperjalanannya.

Semuanya berjalan cukup lancar. Para kawanan Topi Jerami tengah bersantai di Thousand Sunny, siap berlayar ke pulau selanjutnya. Log post yang berada di tangan Nami menunjukkan pulau dengan suhu tinggi, jadi mereka sibuk mendinginkan diri dengan es atau tidak banyak bergerak agar suhu tubuh mereka tetap rendah.
Luffy baru saja selesai mandi, perbuatan yang hanya ia lakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali, ketika Usopp tengah menantinya di depan pintu kamarnya. Senyum lebar terkembang di wajah sang kapten, "mau mandi? Yaudah sana!"

"Tidak kok! Luffy, aku boleh bertanya sesuatu tidak?" Usopp berbisik begitu pelan seolah-olah ia tidak ingin ada seorangpun yang boleh tahu mengenai topik yang ia bicarakan. "Katakan, siapa wanita yang cantik jelita ini?"

Luffy sangat terkejut saat melihat foto Hancock yang sangat seksi yang disodorkan Usopp kepadanya. Hancock setengah telanjang di foto itu, dan Luffy langsung mengenali potongan penne gorgonzola di belakang Hancock.

"Apa? Hancock!"

"STTT!" Usopp langsung menutup mulut Luffy dengan tangannya. "Diamlah, Luffy! Aku tidak mau Sanji mendengar percakapan kita mengenai Hancock… eh? Ini Hancock wanita paling cantik sedunia itu!"

"Tentu saja itu Hancock! Aku tak mungkin salah mengenali orang! Aku menghabiskan dua tahun di pulaunya!"

"AKU BILANG DIAM, BODOH! AKU TAHU KAU MENGHABISKAN DUA TAHUN DI PULAU PEREMPUAN!" Usopp marah sekali sampai dia tidak menyadari bahwa dia jauh lebih berisik dibandingkan Luffy. Dengan cepat ia memasukkan foto itu dalam sakunya. "Omong-omong, ini kamera milikmu. Makasih ya!"

"Huh? Jadi kau mendapatkan foto itu dari kameraku?"
Usopp tertawa malu-malu. Dia berkata dengan pelan, "habis kau selalu menyimpan kamera di sakumu, jadi aku penasaran. Sudah berbulan-bulan ini aku penasaran sih, jadi waktu kau mandi aku ambil dan isinya langsung kucetak. Tidak sangka ada foto berharga di dalamnya… harusnya kau bilang padaku sejak dulu."

"Jadi kau mendapatkan foto itu dari kameraku?"
Usopp membalas dengan kesal, " tadi sudah kubilang iya, tolol! Iya, aku mengambilnya dari kameramu. Katakan bagaimana aku bisa menghubungi wanita ini? EEEHH…! Kok kau bisa punya foto Ratu Bajak Laut di kameramu sih?"

Mendadak, sang koki pirang muncul di belakang mereka. "Aku mencium bau konspirasi kecil-kecilan di sini! Katakan! Apa yang tengah kalian bicarakan, hah?"

"SIALAN! SANJI!" Usopp langsung mematung menyadari Sanji seketika berada di belakangnya. "Tidak ada apa-apa kok!"

"Dasar pembual! Tadi jelas kulihat kalian berdua sedang mendebatkan sebuah foto kan? Biar kulihat foto macam apa yang… APAAAA? WHOOOAAAAA!"

Hanya dengan menatap foto Hancock yang sangat seksi, Sanji langsung mendapatkan serangan mimisan yang serius. Darah mengalir deras dari hidungnya, membuatnya kehilangan kesadaran dalam sekejap. Sebenarnya, penyakit mimisan akut yang diderita koki mata keranjang itu sudah sepenuhnya sembuh di pulau Manusia Ikan. Masalahnya, wanita di foto itu adalah Hancock. Dan ia setengah telanjang.

"SANJI!" baik Luffy dan Usopp dengan cepat mencari Chopper demi Sanji. "CHOPPER! SANJI DAPAT SERANGAN MIMISAN AKUT LAGI NIH!"

Chopper dan Nami segera memasuki ruangan tempat terjadinya peristiwa berdarah itu. Wajah Chopper langsung pucat saat ia menyadari banyaknya darah yang terbuang di lantai.

"Ada apa dengannya?" jerit Chopper yang merasa khawatir. "Tolong bantu aku untuk memindahkan tubuhnya! Kenapa hal ini bisa terjadi lagi? Kita harus secepatnya mencari darah untuk Sanji!"

Nami menggeleng dengan segan, lalu bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "kali ini wanita yang mana? Kok aku sama sekali tidak melihat siapa-siapa di sini?"

Luffy dan Usopp sama sekali tidak memberikan respons apapun dan segera menolong Chopper. Dengan cekatan keduanya membawa tubuh Sanji yang nyaris tidak bernyawa ke ruang perawatan.

"Kupikir mimisannya sudah sembuh," cetus Chopper.

Usopp langsung menjawab tanpa segelintir rasa bersalah dalam suaranya. "Naaah, Sanji hanya kembali ke kebiasaan lamanya kok."

Hari itu para kru memutuskan untuk berlabuh ke pulau terdekat demi mencari transfusi darah untuk Sanji. Chopper benar-benar khawatir. Ia langsung memutuskan bahwa Sanji harus mendapatkan sesi terapi untuk mimisan akut yang tengah dideritanya. Waktu cepat sekali berjalan. Malam hari telah tiba saat semua situasi membaik. Beruntunglah mereka karena berhasil mendapatkan donor darah yang cocok untuk Sanji di pulau Cabanera.

Setelah beberapa saat, Luffy bertanya lagi, "Apa kau mendapatkan foto itu dari kameraku?"

Pertanyaan itu membuat semua stok kesabaran Usopp hilang lenyap seketika. "KAU TELAH MENANYAKAN HAL ITU TIGA KALI, LUFFY! YA, AKU TELAH MENGAMBIL FOTO ITU DARi KAMERAMU! DASAR KAU TOLOL! KENAPA MENANYAKAN HAL YANG SAMA TERUS- MENERUS, HAH?"

Luffy memukul jidatnya, "ah! Kalau begitu itu bukan mimpi dong! Aku benar-benar melakukannya sama dia!"
Nami dan Franky yang tengah berdiri di dekat kedua cowok itu menyadari sesuatu yang menarik sedang terjadi di antara mereka.

"Apanya yang bukan mimpi?" tanya Franky yang tanpa diduga langsung bersemangat dengan situasi yang tidak disangka-sangka itu. "Kau habis melakukan apa, Luffy?"

Luffy menjawab dengan tegas, "kurasa aku telah menghabiskan satu malam dengan Hancock."

DOOOOOONG!

Semuanya terkesima saat mendengar pengakuan kapten mereka. Kapten mereka baru saja mengakui bahwa ia telah menghabiskan satu malam bersama seorang wanita, dan wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Boa Hancock, sang Ratu Bajak Laut. Bagaimanapun, menghabiskan satu malam bisa berarti apa saja, bukan? Lagipula Kapten mereka kan kapten yang terbilang bodoh.

Franky mendadak tersenyum nakal. Ia membuat gerakan provokatif dengan kedua tangan bajanya. "Maksudmu melakukan hal ini?"

Luffy mengangguk.

"TIIIIDAAAAAKKK MUNGKIIIIIIIIN!" Nami dan Usopp menjerit lantang, membuat Zoro terbangun sejenak sebelum melanjutkan tidurnya kembali. Robin hanya tersenyum kalem di kamarnya, lalu ia kembali berkonsentrasi dengan novelnya.

"Ayolah!" Usopp memukul punggung Luffy sambil tersenyum lebar. "Tidak mungkin! Orang sepertimu butuh jutaan tahun untuk berevolusi menjadi pria dewasa!"

Franky langsung mengambil tape kecil dari dalam celana dalamnya, lalu menyetel video porno. Ia berteriak, "SUPPERRR! Apa yang kau lakukan seperti ini, Luffy?"

Di video itu terlihat sepasang aktris dan aktor porno sedang beraksi, bercinta dengan sangat panas. Kedua alat kelamin mereka bersatu dan terlihat dengan jelas di video. Keduanya terus mendesah dengan penuh gairah dan gaya mereka semakin lama semakin sensasional.

Usopp dan Nami menghela napas. Dasar cyborg porno yang narsis!

"Apa kau melakukan hal yang seperti ini pada malam itu?"

Dalam benak Luffy, ia dapat melihat tubuh telanjang Hancock yang siap menerima dirinya. Malam itu bagaikan video, memutar dengan cepat di kepalanya. Hancock tersenyum ketika ia memanggil namanya. Wanita itu menahan napas saat ia berguling di atas tubuhnya. Luffy dapat mengingat dengan jelas ketika ia menyatukan tubuh mereka, lalu terus dan terus bergerak semakin dalam dan semakin cepat saat Hancock mendesah dan memanggil namanya. Ia menyukai hal itu dan kembali menciumnya.

Ya, dia telah melakukannya. Dan itu bukanlah sekedar mimpi.

"FRANKY! Bisa tidak sih kau matikan video itu dan memastikan bahwa benda tabu begitu tetap berada di dalam celanamu?" Nami memperingatkan Franky dengan marah. "Dia kan Luffy! Dia tidak mungkin melakukan hal yang…"

"Aku melakukan itu kok. Rasanya tidak sesakit yang terlihat loh."

Sekali lagi, semuanya menatap Luffy dengan pandangan tidak percaya.

"Kau tidak mungkin tidur… dengan dia?" Usopp menunjukkan foto Hancock ke semua kru. Franky dan Nami melihat wanita tercantik dalam foto itu, berbaring setengah telanjang. Keduanya tidak percaya bahwa dagu mereka akan jatuh menyentuh lantai saking terkejutnya, namun saat itu keduanya benar-benar langsung menjatuhkan dagu mereka ke lantai.

"EEEEHHHH—?"

ooOoo

Di Istana Kuja, Hancock menerima sebuah surat panggilan dari Pemerintah Dunia. Mereka memanggilnya untuk ikut serta dalam sebuah pertemuan di Holy Land di Mariejoa. Hancock dapat merasakan ada hal yang aneh di sana. Mereka tidak pernah mengadakan pertemuan di sana. Hancock sangat merasa khawatir mengenai hal itu. Biasanya para bajak laut mengadakan pertemuan di Marinefold. Segalanya terasa janggal.

Nenek Nyon muncul tiba-tiba seperti biasanya, membaca surat yang ditujukan untuk Hancock dengan hati-hati. Ia menanyakan apa saja yang Hancock lakukan di Impel Down dan Marinefold waktu itu. Nenek Nyon bertanya dengan sedetail mungkin dan hal itu menyulut amarah Hancock. Ia menjawab pertanyaan Nenek Nyon dengan kesal.

"Apa yang anda lakukan di sana, tuan putri? Apa mereka mencurigaimu?"

Hancock langsung mengibaskan tangannya dengan marah, "jangan bertanya mengenai hal yang tolol begitu! Seandainya mereka mencurigaiku sejak dulu, mereka sudah akan menyerang kita dalam jangka dua setengah tahun ini! Mereka seharusnya sudah menangkap Luffy bertahun-tahun lalu!"

"Hmmm…"

Untuk beberapa saat, tidak ada seorangpun yang mampu berbicara.

Hancock berharap pertemuan yang akan datang hanya akan membahas mengenai shichibukai pengganti atau hal lainnya. Sejak kematian Whitebeard, situasi di laut terus memanas. Dia mencoba untuk terus berpikir dengan jernih. Tenanglah Hancock.

Mari dan Sonia menghambur ke dalam peraduan Hancock, "aku harus melaporkan sesuatu, kakak! Salah satu kapal kita menghilang! Tidak ada yang tahu siapa yang melakukannya, namun Margaret dan Kikyo diserang."
Wajah Hancock langsung berubah pucat. Pikiran yang paling buruk memasuki kepalanya. Penghianat…
Ada penghianat di antara mereka. Sudah berapa lama hal ini terjadi?

Kenapa?
Apa yang salah? 

"Aku harus—aku harus? Nenek Nyon, apa yang sebaiknya kulakukan?" Hancock benar-benar pusing. Seketika ia berada dalam bencana besar. Bayi kembarnya. Keselamatan bayinya dalam ancaman…

"Apa yang harus kulakukan?" ulang Hancock. "APA YANG SEBENARNYA TERJADI?"
Nenek Nyon menggelengkan kepalanya. Sejenak ia memperhatikan kedua bayi yang tidak berdosa itu, lalu kedua matanya berpindah menatap Hancock. Mereka berada dalam bahaya. Mereka harus segera pergi dan bersembunyi. Sonia dan Mari pun ikut bingung. Keduanya tidak sanggup berkata apa-apa.

Hancock menggigit bibirnya. Ia merasa sangat putus asa. Luffy, apa yang harus kulakukan?

Nenek Nyon berkata perlahan-lahan, "jalan terbaik untuk masalah ini adalah mengabarkan mereka bahwa anda sedang pergi berlayar ke suatu tempat. Anda harus meninggalkan kerajaan ini, tuan putri. Anda dan kedua bayi anyda harus meninggalkan tempat ini dengan segera. Putri Sonyia dan saya yang akan menjaga kerajaan ini."

"Meninggalkan tempat ini?"

Mereka semua terdiam sesaat, tak mampu berkata sepatah katapun.

"Ya, kupikir aku harus pergi…"

"Temuilah Rayleigh dan katakan semua masalah ini kepadanya. Dia akan melakukan apa saja untuk menolong anda. Dia akan memastikan semuanya berjalan lancar," kata Nenek Nyon dengan wajah sedih. "Cepatlah, siapkan semuanya dan tinggalkan tempat ini. Ajak para prajurit kita untuk menemani perjalanan anda, tuan putri…"

Hancock mengangguk sambil menangis pelan. "Kumohon, jagalah kerajaan ini, Sonia, Mari… Nenek Nyon…"

Kemudian, setelah berkata begitu, Hancock siap untuk berlayar dengan kedua bayinya. Ia harus menyelamatkan dirinya dan juga kedua bayi kecilnya tercinta. Luffy, andai kau berada di sini bersamaku… oh, aku tak pernah setakut ini…

ooOoo

Di tempat lain, di tengah lautan, Luffy terus memperhatikan foto Hancock yang telah ia rebut secara paksa dari Usopp. Luffy mendesah, "aku takkan menikahimu, Hancock. Tidak sekarang…."

Sementara di atas langit sana, ribuan bintang bersinar dengan terang.


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here